Gangnam Elite High School, Gangnam, Seoul
28 September 2015
Pukul 12.05Helaan napas panjang keluar dari kedua belah bibir Ryu Jin, ia mengaduk-aduk makanannya malas. Mengundang atensi Ye Ji yang duduk di sampingnya.
"Kenapa lo?"
Tidak berniat langsung menjawab pertanyaan gadis di samping, Ryu Jin sedikit membanting sumpitnya ke atas nampan makan siang berbahan alumunium, menimbulkan suara dentingan keras.
"Santai! PMS lo?" omel Chang Bin di seberang Ryu Jin yang merasa terusik.
Ryu Jin merotasikan bola matanya menanggapi omelan Chang Bin. Wajahnya mendadak serius. "Kalian ngerasa ada yang aneh gak, sih, sama Min Ho?"
Kesebelas remaja itu saling bertukar tatap heran— kebetulan saat itu Min Ho tengah menemani Lia mengantre mengambil makan siang.
"Aneh gimana dulu, nih, konteksnya?" Hyun Jin ikut terpancing.
"Iya ... dia kayak sering banget ngintilin Lia ke mana-mana, udah kayak body guard."
"Bener juga ...," gumam Hyun Jin sembari mengulum sumpitnya.
"Eh, iya sih, belakangan dia juga sering nolak kalo gue ajak pergi pulang sekolah." Chang Bin tertarik bergabung. Begitu mendengar nama Min Ho disebut menjadi bahan celotehan mereka siang ini, suasana hati Chang Bin membaik dengan cepat.
"Nah, iya, kan! Lo juga mikir gitu, kan, Ji?"
Semua pandang mata kini tertuju pada Ji Sung yang tengah menikmati cheesecake—hidangan penutup siang ini—dengan wajah menggelembung.
"Min Ho juga belakangan nelantarin lo, kan?" Yu Na meyakinkan Ji Sung.
"N-nggak, sih, biasa aja. Lagian gue udah gede kali, masa masih ditemenin Min Ho ke mana-mana," kekeh pemuda berwajah menggemaskan itu.
"Ji, gue tau lo lagi cemburu sama Lia sekarang, gue paham perasaan lo." Hyun Jin memeluk Ji Sung erat, lebih tepatnya meremas tubuh si mungil.
"Jangan gila!" omel Ji Sung.
"Guys, to be honest," sela Felix di tengah tawa teman-temannya, "gue emang beberapa kali liat Min Ho pulang bareng Lia, sih."
Rahang mereka kembali terjatuh. Tidak terkecuali Chae Ryeong yang sejak tadi menguping sambil terus fokus pada buku di genggamannya.
"Kurang ajar! Pantesan gue ditolak terus!" Chang Bin berseru kencang.
"Oh! Jadi emang lagi ada apa-apa ternyata." Yu Na tersenyum penuh arti.
"Tapi, kalo emang iya ada apa-apa, kenapa dia gak pernah bilang sama salah satu dari kita?" Hyun Jin kembali membuka suara, kali ini sambil menggiring opini. Tipikal Hwang Hyun Jin.
"Lo kayak gak tau si Min Ho aja, kan anaknya gengsian," timpal Chan.
"Chae menurut lo gimana?" Ryu Jin mencoba mengajak gadis kutu buku itu ke dalam pembahasan seru mereka. Chae Ryeong hanya diam, ditatap serentak saja sudah membuatnya keringat dingin. "Tck, gak jadi, lo baru gabung juga, lupa."
"Haduh ... Lee Min Ho, bisa jatuh cinta juga ternyata." Chang Bin menggeleng pelan dengan senyuman bangga terpampang jelas pada wajah tampannya.
"Bisalah! Min Ho bukan aseksual, kan?" Ryu Jin bertanya polos.
Chan, Chang Bin, Felix, dan Seung Min tertawa keras. "Min Ho lagi aseksual, Jin! Dia aja hobi jajan." Pemuda bersuara bariton dengan wajah bak peri menjelaskan.
"SUMPAH?!" seru para wanita secara bersamaan—kecuali Chae Ryeong.
"Dih, gila! Jangan sampe Lia sama dia!" omel Yu Na kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Die
Fiksi Penggemar{COMPLETED} "Persahabatan ini tercemar oleh dusta, kebohongan, dan kebusukkan manusia di dalamnya." ‐ Hwang Ye Ji • 'Permainan akan berakhir dalam tiga belas jam.' Bayangan kedua belas remaja untuk bercanda tawa saat reuni harus pupus, ketika malam...