《 chapter 20: the second lead》

59 16 14
                                    

Gangnam Elite High School, Gangnam, Seoul
25 September 2015
Pukul 17.10

Ruang Tari

Kegiatan ekstrakurikuler masih berlangsung hari ini. Murid-murid masih sibuk berlatih dan mengobrol, sebab sebentar lagi mereka harus menghadapi sebuah ajang menari yang cukup bergengsi. Kim Hyo Yeon—guru pembimbing klub tari—tengah memutuskan pilihannya pada sejumlah murid berbakat Gangnam Elite High School. Sejumlah nama telah masuk dalam genggaman tangannya dan ia hanya butuh satu orang lagi.

Cukup sulit menjatuhkan pilihan antara Lee Chae Ryeong dengan Yoo Ji Min. Masing-masing dari mereka memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri—bagi Hyo Yeon.

Chae Ryeong tergolong anak yang cukup pemalu dan itu adalah sebuah masalah fatal bagi seorang penampil. Rasa percaya dirinya tak nampak saat di panggung dan itu dapat mematikan aura tim. Sedangkan untuk Yoo Ji Min, dia seringkali kesulitan menyesuaikan tempo dengan teman-teman lain. Gadis itu terlalu sering bergerak sendiri tanpa memperhatikan ketukan teman-temannya, namun auranya begitu kuat.

Felix kebetulan lewat di hadapan Hyo Yeon, ia yang menyadari kerutan pada wajah wanita itu pun berinisiatif menghampirinya.

"Kenapa, Bu? Ada masalah?"

Hyo Yeon sedikit tersentak. "A-ah ... nggak, Lix, gak apa-apa, ibu cuman lagi bingung nentuin satu anak lagi untuk ajang tari nanti."

"Mau saya bantu, Bu?"

"Jangan, Lix, gak apa-apa, kurang etis kalo kamu bantu pilih," jawab Hyo Yeon, "ibu bukannya mau berprasangka buruk sama kamu, tapi ibu takut jadi gak objektif aja."

Felix mengangguk pelan.

"Sebenernya gak apa-apa, sih, Bu. Kan, saya juga ketua, kalo sedikit masukan gak masalah seharusnya, tapi, kalo ibu kurang nyaman, saya ngerti, kok."

Hyo Yeon yang agak kalut karena harus menyerahkan nama anak-anak terpilih hari itu juga akhirnya memutuskan menerima tawaran Felix. Selama ini juga Felix bisa diandalkan dan tidak pernah menimbulkan masalah.

"Kamu ada ide?"

Felix tersenyum dan duduk bersila di hadapan sang guru. Pemuda asal Australia itu berdehem pelan sebelum mengeluarkan isi pikirannya.

"Menurut saya, lebih baik kita ajak Lee Chae Ryeong, Bu."

"Kenapa, tuh?" Hyo Yeon mengistirahatkan dagunya pada tangan kanannya yang mengepal, memfokuskan pandangannya pada Felix.

"Karena ... Lee Chae Ryeong mau belajar." Felix menjawab singkat.

Hyo Yeon mengernyitkan dahinya. "Ibu masih gak ngerti, Lix. Bisa lebih dijelaskan apa maksud kamu?"

Felix berdeham, "Lee Chae Ryeong masalahnya cuman self esteem, bukan cuman sih, itu juga bukan hal mudah untuk diperbaikin, tapi kita gak bisa buang-buang tenaga untuk ladenin orang macem Yoo Ji Min yang suka semau-maunya sendiri."

"Kamu yakin, Lix? Kamu tau ini bukan kompetisi main-main."

"Yakin, Bu." Felix mengangguk yakin. "Saya akan bertanggung jawab dan membimbing Chae Ryeong supaya dia layak hadir dalam ajang itu. Karena, saya pun juga mau menang, Bu, jadi pasti saya akan berusaha semaksimal mungkin dalam membimbing Chae Ryeong."

Hyo Yeon menarik napas dalam. "Baik, ibu percaya sama kamu, Lix. Ibu harap kamu bisa pegang kata-katamu."

✮ ⋆ ˚。𖦹 ⋆。°✩

Gangnam Elite High School, Gangnam, Seoul
26 September 2015
Pukul 10.20

Halaman Belakang Sekolah

Truth or Die Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang