Taman Gangdong, Seoul
30 September 2015
Pukul 18.00"Lo kurang nyaman sama temen-temen gue, ya?" Felix bertanya dengan suara berat khasnya.
Gadis bersurai coklat di sampingnya hanya bisa menunduk, memainkan kakinya di pasir. Tidak enak hati jika harus mengutarakan kebenaran.
"I'm fine if you're not comfortable, sebenernya ... alasan gue ajak lo gabung biar lo bisa all out, gak malu-malu lagi. I mean, dari cara temen-temen gua membawa diri mereka, mereka jelas gak kenal kata malu."
Chae Ryeong meremat tali ayunan, merasa sangat bodoh. Padahal seseorang yang populer seperti Felix sudah meluangkan waktu membantunya demi tampil maksimal di kompetisi nanti, namun ia terlalu takut keluar dari zona nyamannya.
"Terima kasih karena udah mau mencoba, Chae. I know this isn't easy, but I appreciate your effort."
"Lix,"
Pemuda Lee itu memajukan wajahnya.
"kasih aku satu kesempatan lagi. Tolong."
"Chae, kalo emang gak bisa, jangan dipaksa. Gue gak apa-apa, kok. Setiap orang beda-beda, lo gak harus ikut jadi supel atau hits. Senyamannya aja."
"Gue agak sayang aja kalo skill lo ketutup sama rasa kurang percaya diri lo di atas panggung," sambung Felix.
"Karena itu ... tolong kasih aku kesempatan lagi, Lix. Aku mau jadi penari yang sebenarnya."
"Yakin? Sekali lagi, jangan dipaksa, Chae." Felix meyakinkan Chae Ryeong bahwa tidak apa bila Chae Ryeong lebih nyaman dengan dirinya yang sekarang.
"Ada apa, nih?" sela sebuah suara dari arah belakang keduanya.
Felix dan Chae Ryeong sontak menengok si sumber suara. Ternyata itu adalah kakak angkat Lee Felix, Bang Chan.
"Kok lo bisa ada di sini, Kak?"
"Kebetulan lewat." Chan tersenyum tipis. "Hai, Chae."
Chae Ryeong tersenyum salah tingkah dan melambai. Degup jantungnya tiba-tiba jadi tidak karuan setelah melihat kehadiran Chan. Wangi tubuh pemuda itu membuat kupu-kupu dalam perutnya berterbangan. Entah sejak kapan ia menjadi seperti ini di sekitar Chan.
"Bohong banget! Lo pasti ikutin gue, kan?" tuduh Felix dengan wajah masamnya.
Chan hanya terkikik geli melihat reaksi adiknya.
"Anak kecil gak boleh keluar pas gelap, ditambah papa juga yang suruh kakak ke sini. Papa curiga kamu punya pacar, eh—taunya sama Chae Ryeong. Udah jadian, nih?" ledek pemuda yang lebih tua.
"Kak, kalo ngomong jangan asal, dong!"
Wajah Felix semakin asam dibuatnya. Chan tertawa kali ini. Chae Ryeong hanya bisa menunduk di samping Chan. Andai pemuda itu tahu bahwa ialah pemilik hati wanita Lee itu.
"Jangan ngambek, Lix!" Chan mengacak rambut pemuda berbintik manis itu. "Jadi, kenapa kalian ada di sini?"
"Jadi gini, Chae Ryeong kayaknya kurang nyaman main sama kita, Kak. Aku udah bilang kalo gak mau lanjut gak apa-apa, tapi dia masih kukuh mau temenan."
"Eh—n-ngga gitu maksudnya." Chae Ryeong dengan cepat mengelak.
Chan menatap Chae Ryeong ganjil. "Ya ... sejujurnya, gue juga bisa ngerasain itu semenjak lo duduk bareng kita. Kita gak sefrekuensi sama lo."
Chae Ryeong menggigit bibir dalamnya. Dalam hatinya ia merutuki Lee Felix yang telah berbicara terang-terangan soal keadaannya di depan Chan.
"Tapi kalo emang lo masih mau sama kita, kita gak masalah, kok. Cuman gue suka kasihan aja liat lo diperlakuin bener-bener kayak orang luar. Kita kadang lupa ajak lo pergi atau belajar bareng, padahal kita gak maksud. Kalo emang lo nyaman begini, kita juga gak bisa maksa lo buat pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Die
Fanfiction{COMPLETED} "Persahabatan ini tercemar oleh dusta, kebohongan, dan kebusukkan manusia di dalamnya." ‐ Hwang Ye Ji • 'Permainan akan berakhir dalam tiga belas jam.' Bayangan kedua belas remaja untuk bercanda tawa saat reuni harus pupus, ketika malam...