Hahoe Villa, Kaki Gunung Hwasa, Cabang Gunung Taebaek (20 Kilometer dari Desa Hahoe)
Jumat, 13 Agustus 2021
Pukul 22.23Halaman belakang villa
Pisau tampak mengkilat di bawah sinar rembulan. Chan sudah lama sekali ingin melakukan ini, tapi kenapa sekarang ia malah ragu sesaat setelah melihat mata pisau yang tajam--seolah sudah mampu menghantarkan rasa sakit yang luar biasa pada lehernya.
Tangannya bergetar seiring mata pisau yang semakin dekat dengan leher pucatnya. Pandangannya mulai kabur, terhalang air mata.
"Chan, jangan mati!" ujar Ji Sung berhasil mengejutkan Chan hingga pisau di tangannya terjatuh ke tanah. Pemuda berkulit pucat itu menggeram rendah.
"Ayolah ... malam masih panjang, masa lo mau bunuh diri? Nanti nasib Ye Ji sama Chae Ryeong gimana? Digantung?" Ji Sung meledek Chan.
"Chan, are you okay? Lo ngapain?" Ye Ji sontak bertanya.
Chan misuh kecil sebelum menyalakan mic panggilan.
"Gak ngapa-ngapain. Gak usah peduliin gue, Ji."
"Chan, lo di mana? Gue ke sana sekarang."
"Gak, Ji, gak usah. Stay di tempat lo aja."
"Chan--"
"GUE BILANG TETEP DI SANA!" Chan tanpa sadar membentak Ye Ji. Membungkam gadis bermata kucing itu. Rasa bersalah dengan cepat memenuhi rongga dadanya. Chan merutuki kebodohannya barusan.
"Waduh ... calon pasutri jangan berantem, dong! HAHAHAHAHA!" tawa Ji Sung menggelegar memenuhi panggilan.
"Kita lanjut aja kali, ya. Makin seru aja nih cerita kalian. Kenapa gak ada yang pernah cerita coba? Kalo dari dulu kalian cerita pasti gak bakal serumit ini gak, sih?"
Namun, ucapan Ji Sung barusan bagai angin lalu untuk teman-temannya.
"Sopan banget lo semua, gue dikacangin." Ji Sung mendecak beberapa kali. "Daripada lama-lama, langsung aja deh gue tanya Chan."
Chan meremat ponselnya kuat, rahangnya pun mengeras. Dia tidak siap untuk menceritakan segala kejujuran yang ingin diketahui Ji Sung. Karena, pada dasarnya Chan tidak pernah bercerita pada teman-temannya, bahkan Felix dan Seung Min yang notabenenya orang-orang terdekat Chan sendiri--jangan tanya soal Ye Ji, Chan tidak pernah siap untuk menunjukkan kelemahan dan kebusukannya pada gadis Hwang, primadona para pria itu.
"Jangan marah-marah dulu, dong ... belom ditanya ini. Santai, santai."
"Cepet! Lo mau tanya apa?" sergah Chan.
"Hm ... kira-kira apa pertanyaan yang cocok untuk orang yang hidupnya punya banyak rahasia. Gue jadi bingung mau tanya apa."
"Makanya gak usah kepo." Terdengar suara jengkel Chang Bin menimpali Ji Sung barusan.
"Ditempel di tembok sambil ditodong besi tajem kayaknya masih kurang buat lo, Bin. Mau gue cabut lidah lo?"
Seketika panggilan ramai oleh suara teriakan teman-temannya di gudang. Hwang Hyun Jin berteriak paling kencang, mencegah Ji Sung bertindak lebih jauh.
"Kalem, kalem, gue gak mau liat ada lidah putus di sini!" Hyun Jin protes keras.
"Gue udah muak sama darah, jadi, tolong ...." Chae Ryeong ikut berkomentar.
Suasana di gudang masih tegang, namun panggilan di seberang lain tidak kalah tegang.
"Aku gak maksud bunuh Yu Na, sumpah!" Lia terisak, suaranya kembali terdengar di panggilan setelah cukup lama mematikan mic.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Die
Fiksi Penggemar{COMPLETED} "Persahabatan ini tercemar oleh dusta, kebohongan, dan kebusukkan manusia di dalamnya." ‐ Hwang Ye Ji • 'Permainan akan berakhir dalam tiga belas jam.' Bayangan kedua belas remaja untuk bercanda tawa saat reuni harus pupus, ketika malam...