《 chapter 16: he deserves it! 》

91 23 37
                                    

Hahoe Villa, Kaki Gunung Hwasan, Cabang Gunung Taebaek (20 Kilometer dari Desa Hahoe)
Sabtu, 14 Agustus 2021
Pukul 00.18
Gudang

"Paham alesan gue jauhin orang kayak dia?" Min Ho tersenyum remeh di tempatnya berada. Walau tidak bisa melihat wajahnya secara langsung, Hyun Jin sudah bisa membayangkan wajah tengilnya, membuat emosi Hyun Jin semakin naik.

"Gila, lo!" Seung Min mengumpati Min Ho di seberang sana.

"Lo gak perlu mempermalukan gue sampe begitu, anjir! Padahal gue udah janji gak bakal bilang apa-apa, lo bahkan gak kasih gue kesempatan untuk membuktikan kalo gue bisa pegang omongan lo." Hyun Jin meninggikan nada bicaranya, napasnya tersengal, tubuhnya sedikit bergetar akibat luapan emosi.

"Kalo gue kasih lo kesempatan, bisa-bisa gue yang mampus."

"Manusia bukan sih, lo?" Ye Ji menyentak Min Ho. "Lo pukul dia, fine! Tapi sampe mau mempermalukan dia begitu--sakit lo!"

"Masih peduli aja sama mantan banci lo, jangan-jangan kalian putus karena Hyun Jin suka sama Jeong In, ha?"

"Kok bawa-bawa gue sih?" Jeong In melongo kala mendengar dirinya dibawa masuk ke dalam kisah cinta rumit Hyun Jin dan Ye Ji. "Gue, kan, suka cewek."

"Lo gak usah bawa-bawa orang lain!" Ye Ji bangkit dari duduknya. "Di mana lo sekarang? JAWAB!"

"Ji, tenang dulu." Hyun Jin meraih tangan mantan kekasihnya.

"Tuan putri marah nih ceritanya?" ledek Min Ho. "Sini, gue masih di kamar satu."

Suara kekehan Ji Sung ikut terjun dalam pembicaraan sengit Ye Ji dan Min Ho. "Bakalan seru, nih!"

"Bangsat!"

Ye Ji menyentakkan tangannya dari pegangan Hyun Jin. Ia bergegas menghampiri tempat kedua pemuda itu berada. Hyun Jin buru-buru mengejar Ye Ji, menariknya mundur.

"Ji, jangan, Ji!"

"Lepasin gue!"

"Ji, tolong, jangan! Gue gak mau lo kenapa-napa!"

"Berisik! Karena lo gak bisa lindungin diri lo sendiri, gue yang maju!" cerca Ye Ji. "Seandainya lo bisa lebih cowok!"

Ia benar-benar sudah habis kesabaran dengan Hyun Jin, bahkan hal yang tidak pernah diungkapkan selama ini melesat begitu saja menghunus hati pria bersurai panjang itu dalam.

Hyun Jin akui, dia memang lemah. Dia bahkan banyak mengecewakan orang-orang di sekitarnya, tidak terkecuali Ye Ji. Mereka menuntutnya menjadi seperti laki-laki pada umumnya; macho, jantan, kuat, tidak sensitif. Namun, apa daya kalau ia terlahir seperti dirinya yang sekarang. Sejujurnya, Hyun Jin tidak seperti yang Min Ho deskripsikan--sangat kemayu. Hyun Jin berada di posisi tanggung; terlalu jantan untuk wanita, namun terlalu halus untuk seorang pria. Di antara lebih tepatnya. Kalau boleh memilih, Hyun Jin juga ingin dilahirkan sebagai sosok yang didambakan semua orang. Bahkan ekstrakurikuler sepak bola yang diikutinya dulu merupakan pilihan sang ayah.

Satu-satunya orang yang mampu mengerti dirinya hanyalah mendiang sang ibu yang telah lama berpulang ke pangkuan Yang Maha Kuasa dan Hwang Ye Ji--pikirnya sebelum ucapan barusan melesat meruntuhkan ekspektasinya.

Pemuda dengan marga yang sama itu tidak bisa berkata apa-apa setelah mendengar kenyataan pahit yang telah lama dipendam Ye Ji. Dia hanya tertunduk diam dengan air mata yang mulai berdesakan, berlomba-lomba meluncur.

"Lee Min Ho!"

Ye Ji datang dengan mata merah dan gigi menggertak.

"Dateng juga," kekeh Min Ho, "kirain bacot doang."

Truth or Die Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang