Pagi ini Lisa bangun lebih awal dari biasanya karena ia menyetel kembali alarm yang biasa Alice gunakan, Lisa membangunkan tubuhnya dan berjalan menuju kamar mandi.
Setelah selesai dengan urusan dikamar mandi dan keluar sudah menggunakan seragam seperti biasanya lalu gadis itu mendudukkan tubuhnya didepan meja rias Alice.
Menatap pantulan dirinya dicermin lalu beralih menatap bingkai yang terpasang rapih tak jauh dari cermin besar didepannya. Lengannya terangkat menarik kunciran yang mengikat rambutnya dan membiarkannya terurai.
Bukan tanpa sebab gadis itu melakukannya. Kali ini tangan Lisa mengacak sedikit rambutnya agak terlihat agak berantakan, mengambil benda seperti pensil dengan tulisan eyeliner ditengah bagiannya.
Mengarahkan eyeliner itu ke dekat ujung bawah matanya dan membuat titik disana. Ya benar! Lisa sedang meniru Alice, namun berbeda dengan sang kakak yang memiliki tiga tahi lalat diwajahnya Lisa hanya membuat satu.
Melihat kembali panulan dirinya dicermin. Ternyata memang benar mereka terlihat sedikit mirip, pantas saja saat awal-awal memasuki sekolah yang baru banyak orang-orang yang terkejut saat melihatnya.
Lisa tersenyum, dirinya siap sekarang. Menurutnya langkah pertama untuk membalas mereka adalah menghantui mereka dengan bayang-bayang masalalu, itulah mengapa Lisa memutuskan untuk berpenampilan seperi Alice.
Setelah selesai dengan semuanya Lisa keluar kamarnya dan menuruni tangga menuju ruang makan untuk sarapan bersama.
Saat sampai hanya ada Tiffany yang tengah menyusun beberapa perlengkapan makan dimeja makan, tanpa mempedulikan sang ibu Lisa mendudukkan dirinya ditempat biasanya.
Tiffany yang merasakan adanya kehadiran seseorang mengangkat wajahnya lalu membolakan matanya, dirinya sangat terkejut melihat penampilan Lisa "a-apa yang kau lakukan?" Tanyanya terbata.
Lisa yang merasa pertanyaan itu untuknya ikut mengangkat wajahnya dan bertemu tatap dengan sang ibu. Lisa tahu jika Tiffany pasti kaget melihat penampilan dirinya yang mirip dengan anak kesayangannya, namun Lisa sama sekali tak peduli membiarkan wanita tua itu dengan pikirannya sendiri "duduk, apa lagi?" Jawabnya malas.
"Apa maksud dari penampilanmu itu?! Apa kau sengaja?!" Tanyanya lagi, kali ini dengan nada marahnya.
"Ada apa, Tiffany?" Tanya Jongsuk yang baru memasuki ruang makan sembari menghampiri istrinya dan mencium keningnya.
Tiffany sama sekali tidak berniat menjawab pertanyaan suaminya, saat ini pandangannya hanya fokus pada Lisa yang sedang membalas tatapannya dengan malas. Membuat Jongsuk mengikuti arah pandang Tiffanya, detik berikutnya gantian lelaki tua itu yang membolakan matanya.
Bertepatan dengan Lisa yang melihat Irene ikut membolakan matanya terhenti ditempat gadis itu berdiri tak jauh dari meja makan sekarang.
"Aku hanya melepas kunciranku untuk membiarkan rambutku, kenapa menatapku seperti itu?" Tanya Lisa pura-pura tidak mengerti dengan keadaan sekitar, Lisa sedang berakting sekarang.
Jongsuk berdeham, wajahnya berharap supaya Lisa memang tidak mengerti dengan situasi sekarang "ti-tidak ada, ayo kita makan saja" ajaknya, sembari membantu Tiffany yang sudah terlihat pucat untuk duduk. Disusul Irene yang juga duduk ditempatnya.
Mereka'pun makan tanpa ada percakapan apapun, sampai Lisa yang memulai pembicaraan "ayah" panggilnya pada Jongsuk, tapi semua orang yang ada dimeja makan itu ikut mengangakat wajahnya memusatkan perhatian mereka apa Lisa.
Tidak ada sahutan apapun padahal diperhatikan, membuat Lisa melanjutkan ucapannya "bolehkah aku berangkat bersama dengan Irene?" Pintannya.
Lagi dan lagi ketiga orang itu kembali membolakan matanya, membuat Lisa menyeritkan alisnya. Kali ini ia sungguhan tidak mengerti, menurutnya itu permintaan yang biasa saja tapi kenapa reaksi mereka seolah-olah permintaan itu mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL
FanfictionLisa yang kembali ke negara asalnya, membalaskan dendam untuk sang kakak yang meninggal bunuh diri akibat pembullyan yang terjadi di sekolahnya. Ga bisa bikin deskripsi:( Baru pertama kali bikin cerita di wattpad, jadi maklumin aja ya wkwkkw Maret :...