11. Apologies

5.3K 944 75
                                    

Bagaimana seorang Anak akan hidup tergantung dari cara Orang Tua mereka mengajarkannya.
___________________________

Lisa menghela nafasnya panjang, ia merapal doa dan berharap Kakak kembarnya itu telah terlelap. Karena jika tidak, ia harus siap mendengarkan pidato panjang dari Rosé.

Srek~

Pergerakkan Lisa tertahan. Tatapan mata bulatnya melembut mendapati pemandangan hangat dihadapannya itu.

"Sejak kapan Appa datang?" Gumam Lisa menatap Ayah dan Kakaknya yang terlelap dengan posisi berpelukkan.

Momen langkan yang terkadang membuat Lisa mempertanyakan perasaan Kijoon terhadap si kembar.

Jika memang Ayahnya itu sangatlah menyayangi dan mengasihi mereka, lalu mengapa pria itu dengan teganya mencambuk mereka setiap kali membuat kesalahan?

Lisa tahu, setiap pelanggar yang melakukan kesalahan sudah sepatutnya mendapatkan hukuman agar tak lagi mengulai kesalahan yang sama.

Tapi seharusnya kekerasan bukanlah jawaban. Lisa belajar kesalahan itu dari Kijoon. Tumbuh dengan menjadi sosok yang angkuh dan keras membuat sisi lemah lembut gadis itu memudar.

"Selamat malam." Bisik Lisa pelan kembali menutup pintu ruang rawat Rosé.

Saat tubuhnya berbalik, sosok wanita berambuh hitam sebahu itu berhasil membuat raut wajah Lisa berubah tak berekspresi "Putri Eom—"

"Apa yang anda lakukan di sini?" Potong Lisa cepat dengan suara dingin.

"Appa bilang Rosé di rawat, jadi Eomma—"

"Ayah saya mengatakan itu pada anda?" Senyum sinis itu tercetak di bibir Lisa.

Mata keduanya bertemu dalam sorot yang berbeda. Lisa dengan sorot penuh kebencian dan wanita di hadapannya dengan sorot sendu.

"Putri mu sakit. Tapi kau justru mengetahuinya dari orang lain? Sebenarnya kami ini apa dimata mu 'Eomma'?"

Sangeun terdiam. Tatapan penuh sesal itu terpancar diiris wanita Kim itu "Lisa... Eomma minta maaf. Kemarin Eomma sedang bekerja—"

"Tak ada alasan lain? Yang selalu kau jadikan sebagai alasan hanya kerja dan kerja,"

Lisa menggeleng tak habis pikir "Dengan kata lain, kau lebih mementingkan pekerjaan mu daripada darah daging mu sendiri."

Wanita Kim itu menggeleng tak setuju "Tidak seperti itu sayang---"

"Cepatlah bercerai dengan Ayahku agar kau bisa lepas dan terbebas dari kami."

Deg~

Dada Sangeun berdenyut. Gadis dihadapannya itu seolah menatap dirinya adalah orang keji yang tak memiliki perasaan dan simpati.

"Anda bisa pergi. Karena kami tak lagi membutuhkan sosok seorang Ibu seperti anda."

Gadis Uhm itu berlalu melewati tubuh Sangeun yang terpaku ditempatnya. Wanita bersurai hitam itu menunduk dengan mata berkaca-kaca "Maafkan aku."

****

Jennie mengernyit saat mendapati sang Ibu yang baru saja menginjakkan kakinya melewati pagar rumah.

"Eomma dari mana saja?" Jiah mendongak dengan mata melebar.

Pandangan Jennie menyipit saat mendapati mata sembab sang Ibu "Eomma habis menangis? Ada yang menyakiti Eomma? Atau---"

FraternalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang