Pintu kayu itu terbuka, Jiah berbalik menatap sejenak Rosé yang tertidur pulas di dalam sana.
"Tolong jaga putri ku. Hubungi aku jika sesuatu terjadi."
Hee-ae berdecak "Jika kau sekhawatir itu pada Rosé kenapa kau tidak menetap dan merawatnya?"
Senyum canggung itu terbit membuat Hee-ae menghela nafasnya kasar "Ibu dan Anak sama saja."
Derap langkah itu terdengar menggema semakin dekat, Jiah dan Hee-ae menoleh mendapati Kijoon yang menatap mereka gusar "Jiah—"
Plak!
Hee-ae memilih untuk mundur, meninggalkan kedua teman lamanya itu mengurus masalah rumah tangga mereka.
"Tega kau melakukan hal kejam pada putri mu sendiri?!"
"Rosé baik-baik saja 'kan?" Tanya Kijoon seakan menghindari pertanyaan Jiah.
Ibu dari empat anaknya itu menatap sini ke arahnya "Seharusnya kau tanya pada diri mu. Setelah apa yang kau lakukan dengan kedua tangan mu itu, apakah dia akan tetap baik-baik saja?"
"Aku mabuk Jiah. Aku tak tahu apa yang terjadi—"
"Jika kau tahu alkohol membuat mu buta lalu kenapa kau meminumnya?!" Geram Jiah dengan wajah memerah.
"Aku melihat banyak bekas luka di punggung Rosé, kau juga yang melakukannya 'kan? Sejak kapan kau menyiksa putri ku seperti ini, huh?!"
Kijoon membasahi bibirnya merasa gugup "Aku hanya melakukannya saat mereka melakukan kesalahan, Jiah. Aku hanya berusaha membuat mereka jera—"
"Tidak seperti itu caranya. Kau pikir dengan melakukan kekerasan kau berhasil mendidik mereka? TIDAK!" Pekik Jiah marah.
"Kau tidak hanya melukai fisiknya, tapi juga batin mereka. Bahkan mungkin menjadikan mereka layaknya monster dan iblis—"
"—Apakah kau tidak berpikir jika mereka bisa saja mencari pelampiasan di luar sana karena hal yang kau lakukan!" Kijoon terguguh.
Jika kembali di ingat Kijoon memang tak pernah memastikan kegiatan seperti apa yang Lisa dan Rosé lakukan di luar sana. Entah seperti apa keseharian mereka, Kijoon menyerahkan semuanya pada Jeon untuk mengawasi keseharian putri-putrinya.
"Kekerasan tidak akan pernah memberikan dampak positif! Yang ada kekerasan hanya akan memperburuk keadaan."
Jiah mendekat pada Kijoon yang terdiam
"Dan tidak seharusnya kekerasa di jadikan sebagai cara untuk mendidik.""Aku tidak tahu caranya membesarkan anak dengan benar Jiah. Kau tahu seperti apa keluarga ku mendidik ku sejak kecil, maka itu aku membutuhkan mu."
Wanita Lee itu terbisu dan memilih membuang pandangannya pada celah pintu yang menampilkan sosok putri keduanya "Ayo---"
"Kita bangun kembali taman sederhana kita bersama seperti dulu."
****
Tiga hari telah berlalu, tapi sampai detik ini sosok Lisa tak kunjung muncul di hadapan Rosé. Hati kecilnya itu bertanya-tanya apakah sosok Adik kembarnya yang kemarin muncul hanyalah bayangannya semata?
"Lisa juga tak pulang ke mansion selama 3 hari belakangan ini."
Rosé termenung dengan perasaan tak tenang "Aku sempat menghubungi teman-temannya, Yeri bilang dia ada basecamp. Ia menetap selama 3 hari di sana."
"Jungkook~ah tolong urus kepulangan ku hari ini juga."
Pria Jeon menghela nafas samar "Dokter Kim bilang kau belum bisa pulang. Luka di punggung mu masih basah—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fraternal
FanfictionTidak ada kata selamanya dalam dunia ini. Baik pertemuan ataupun perpisahan. Karena pada akhirnya, ada saat dimana yang bertemu akan diberpisah dan yang berpisah akan kembali dipertemukan.