Hal yang pertama kali Rosé lihat kala membuka matanya adalah wajah tegas seorang pria sederhana yang hanya berjarak beberapa senti darinya "Jungkook?"
"Eoh, kau sudah bangun---"
"Keluar dari kamar ku! Aku sudah pernah bilang pada mu untuk menjaga jarak dari ku, tugas mu itu mengawasi Lisa."
Pria Jeon itu menunduk, ia mengerti alasan Rosé seperti ini "Maaf, kalau begitu aku permisi."
Rosé tersadar akan sesuatu, hal pertama yang gadis blonde itu cari adalah sosok Lisa yang semula berada di sampingnya. Duduk sejenak untuk mengumpulkan nyawanya, Rosé memilih bangkit meninggalkan kamar.
Putri ketiga Uhm itu mengernyit saat menemukan sosok Adiknya yang berdiri tak jauh dari anak tangga terakhir di bawah sana "Lisa~ya..."
Tapi nampaknya suara itu tak berhasil memasuki rungu sang Adik yang telah berlalu meninggalkan mansion. Perasaan mengganjal itu menyuruhnya untuk bergerak menuruni anak tangga.
"Aku juga menjadi alasan kenapa malam itu terjadi."
Tungkainya itu mendadak kaku tak jauh dari pintu kamar orang tuanya berada "Jangan salahkan dirimu—"
"Tapi tetap saja itu kesalahan ku, KIjoon~ah. Dia merasa iri pada Lisa karena aku tak pernah memperhatikannya. Jika saja aku bisa lebih baik memperlakukan Chaeyoung dan membagi kasih sayang diantara mereka, ini semua tak akan terjadi..,"
"...Dia bahkan kabur malam itu karena aku memarahinya."
Tubuh kurusnya itu terhuyu sesaat setelah pandangannya mendadak berputar "Chaeyoung~ah! Eomma belum selesai bicara!"
"Shh!" rintihan itu keluar dari bibir Rosé yang memucat. Tangannya tanpa bergerak memegangi kepalanya yang terasa di tusuk oleh ribuan pisau.
"Memangnya Chaeyoung kenapa? Apa kesalahan Chaeyoung, Eomma? Apa Chaeyoung melukai Adik Lisa? Apa Chaeyoung—"
"Akh~" Rasa sakit yang ia rasakan kali ini sungguh berbeda.
Biasanya kepala gadis itu akan menjadi sumber rasa sakitnya, tapi kenapa kali ini Rosé merasa dadanya begitu nyeri— Tidak, mungkin lebih tepatnya hati dan perasaannya.
Bahkan tanpa gadis itu sadari air matanya kini ikut mengalir dengan deras "Apa yang sebenarnya Rosé perbuat, Eomma?"
****
Pedal gas yang kini berada di bawah kakinya itu hampir terinjak sepenuhnya. Lisa dengan pikirnya yang kalut itu melintas dijalanan Seoul seperti badai angin.
"Bagaimana jika mereka tahu bahwa malam itu Chaeyoung pergi karena merasa cemburu pada Adik kembarnya sendiri? Bagaimana jika mereka tahu bahwa semua ini terjadi karena kesalahan Chaeyoung?"
"Argh, kenapa semua menutupinya dari ku termasuk diri mu Chaeyoung! Kenapa?!"
Gadis berponi itu memukul kemudi mobilnya beberapa kali, ia kecewa. Kenapa harus disembunyikan? Jika dirinya tahu memangnya apa yang akan teradi, apa mereka pikir ia akan mengamuk seperti orang gila dan memukuli Rosé?
Dirinya bukan lagi seorang bocah, ia punya akal selayaknya gadis berusia 18 tahun "Lisa?"
Panggilan suara itu tersambung setelah belasan kali tak terjawab "Ada apa?"
"Bukan kah seharunya aku yang bertanya? Rosé menelfon Jisoo Eonni, dia bilang kau pergi begitu saja walau ia memanggil mu. Kau dimana?"
Bungsu Uhm itu menghela nafasnya berat "Datanglah sendiri dan jangan beritahu siapa pun. Aku di club."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fraternal
FanfictionTidak ada kata selamanya dalam dunia ini. Baik pertemuan ataupun perpisahan. Karena pada akhirnya, ada saat dimana yang bertemu akan diberpisah dan yang berpisah akan kembali dipertemukan.