33. Improve

4.6K 831 115
                                    

Pada hari minggu pagi ini, Lisa dan Rosé akhirnya mendapatkan izin untuk pulang ke rumah dan menjalani rawat jalan.

Walau sejujurnya bungsu Uhm itu harus menjalani beberapa perawatan lagi dan menggunakan Arm Sling pada lengan kanannya untuk sementara waktu.

"Bisakah kita pergi untuk jalan-jalan hari ini?" Suara Lisa mengalihkan perhatian Rosé.

Gadis bersurai legam itu berdiri memandang jendela dengan wajah sendu "Cuaca di luar sedang dingin. Kau mudah sakit, jadi—"

"Kali ini saja. Aku tak pernah berpergian di musim dingin dan menikmati musim panas karena tubuh sialan ku yang mudah sakit ini."

Rosé tak terkejut mendengar penuturan Adiknya itu, mungkin jarinya itu tak lagi dapat menghitung berapa kali Lisa mengatakan hal seperti itu padanya.

"Arraseo, kita habiskan hari ini bersama." Bungsu Uhm itu berbalik dengan wajah penuh semangat.

"Ayo—"

"Rosé... Lisa..." Suara bariton itu membuat keduanya menoleh.

Raut wajah tak suka terpancar dari wajah keduanya, Kijoon menyadari jika kehadirannya bukanlah sesuatu yang kedua putrinya inginkan.

"Ayo, Lisa!" Suasana mencekam itu di mulai kala Rosé menjadi yang pertama kali mengambil tindakan.

Awalnya Lisa bertanya-tanya dalam batinnya, ada apa dengan sikap Rosé terhadap Kijoon? Oh ayolah, Rosé bukanlah gadis tempramental dengan kepribadian sarkas sepertinya.

Kembarannya itu sangat menjunjung tinggi sopan santun dan attitude. Tapi apa ini?

"Rosé!" Pria Uhm itu bergerak menyusul Rosé mendahului Lisa yang tenggelam dalam lamunannya.

"Dengarkan Appa—"

"Apa lagi?! Kau bilang kau merasa gagal dan hancur saat melihat putri mu ketakutan hanya karena kehadiran mu. Tapi nyatanya kau sama sekali tak berubah!"

Suara yang selalu terdengar merdu ditelinganya itu kini memekik keras, membuat Lisa terteguh menyaksikannya.

"Appa salah, Rosé. Tolong maafkan Appa." Ujarnya terdengar menyesal.

"Apa maaf mu itu bisa menghapus rasa kecewa ku terhadap mu?"

Kijoon bungkam seribu bahasa. Lidahnya terasa kelu mendapati besarnya rasa sakit dalam sorot mata putrinya itu.

"Maka jangan meminta maaf, karena maaf mu itu sama sekali tak berguna, Appa." Lanjutnya dengan air mata yang menetes.

Melihat pergerakkan putrinya yang hendak meninggalkannya membuat Kijoon merasa gila "APPA SALAH, ROSÉ!"

"Rosé... Rosé Appa minta maaf, sungguh."
Lisa yang sejak tadi hanya menyimak kini terperanga mendapati sang Ayah yang jatuh berlutut di hadapannya.

"Appa... tidak tahu bagaimana cara mendidik dan menyayangi kalian dengan cara yang kalian inginkan."

Jamari Lisa terkepal, tubuhnya terbakar hingga membuatnya bergetar tak karuan "Appa tidak tahu bagaimana cara merawat kalian dengan benar. Bahkan orang ini, pria yang sedang berbicara pada mu ini tak pantas di panggil sebagai orang tua."

Tarikan nafas itu terdengar berat dan sesak "Mulai sekarang... Appa berjanji dan bersumpah tak akan pernah melukai kalian lagi secara fisik maupun batin,"

"Appa... tidak akan pernah menghukum kalian saat kalian melanggar larangan Appa. Tidak akan ada lagi larangan. Kalian bebas melakukan apapun yang kalian inginkan."

FraternalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang