Lisa bergerak gelisah dalam duduknya. Mata hazel-nya tak dapat berhenti mengamati jam dinding besar yang terpasang apik di depan kelas.
"Baik, sampai bertemu di minggu yang akan datang." Pamit Guru Hong meninggalkan kelas.
Gadis berponi itu bangkit untuk menghampiri Kakanya, sedikit memukul meja Rosé dengan telapak tangannya "Aku tidak bisa seperti ini!"
"Huh?" Bingungnya juga sedikit terkejut.
"Kenapa Jennie mendiami ku?! Apa salah ku? Aku melambaikan tangan padanya, aku menyapanya dan juga tersenyum ramah. Apakah senyum ku kurang lebar?"
Rosé mengernyit, apa Adiknya itu kesurupan? "Tak perlu dipikirkan, mungkin Jennie Eonni hanya sedang dalam mood yang kurang baik."
"Andweyo! Aku harus memastikannya secara langsung." Kalimatnya itu kembali tertekan kala mendapati sosok Lisa yang pergi begitu saja meninggalkannya.
"Padahal mungkin saja bukan diri mu yang salah."
****
Kaki jejangnya itu bergerak kesana-kemari dengan mata yang menjelajahi setiap sudut lorong lantai 2.
"Apa kau melihat Jennie?" Tanya Lisa setiap kali menemukan seorang murid yang melewatinya.
Sampai di tangga dekat lobby, mata hazelnya mendadak berbinar saat mendapati sosok yang sejak tadi sedang ia cari ke penjuru sekolah melintas dengan buku dan kacamata "JENNIE!"
Lisa berlari sekencang mungkin untuk menyusul sosok Jennie yang nampak berusaha menghindarinya "Dapat kau!"
Gadis bermata kucing itu pasrah saat Lisa mencekat tangannya erat "Aku meneriaki nama mu, kenapa kau ingin kabur?"
Lisa menggeser tubuhnya berusaha mendapatkan perhatian Jennie yang seakan gadis itu buang untuk menjauhi Lisa "Sebenarnya ada apa dengan mu? Kenapa kau menjauhi ku?"
"Dasar tak tahu diri!" Gerutu Jennie dalam hatinya.
"Apa... kau sudah mengetahui semuanya?" Tanya Lisa terdengar ragu.
Senyum sinis itu tersungging, kali ini Jennie menoleh. Membalas tatapan mata Lisa dengan berani "Sudah sadar sekarang?"
"Jen—"
"Jangan hanya karena kau seorang putri dari pemilik Yayasan dan Sekolah ini berarti kau bisa semena-mena memperlakukan ku!"
Kali ini kalimat Jennie berhasil membuat kening yang tertutupi poni itu mengernyit "Tunggu-tunggu, apa maksud dari kata 'semena-mena' yang kau maksud?"
"Masih berpura-pura bodoh? Tanyakan saja langsung pada sahabat mu itu." Kepalanya tertoleh mengikuti arah pandangan Jennie yang tertuju pada sosok Naeun.
Lisa tersentak saat Jennie melepas tangannya kasar dan pergi meninggalkannya "Kau—"
"Aku hanya menjalankan rencana awal kita—" tubuh Naeun di tarik kasar oleh Lisa menuju toilet.
Brak!
"Apa yang kau katakan dan perbuat pada Jennie?!" Cecar Lisa dengan suara mengeram.
"Aku mengatakan semua rencana mu padanya. Sepertinya dia terlalu besar menaruh harapan pada mu yang justru hanya ingin menjahilinya saja."
"YA!" Teriakan itu menggema di seluruh penjuru toilet.
"Sudah ku katakan dengan tegas bahwa Aku.Berhenti! Apa kau tuli?!" Sentak Lisa mengencangkan cengkramannya.
"Yang ingin berhenti kau, bukan aku." Balas Naeun menyulut emosi Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fraternal
FanfictionTidak ada kata selamanya dalam dunia ini. Baik pertemuan ataupun perpisahan. Karena pada akhirnya, ada saat dimana yang bertemu akan diberpisah dan yang berpisah akan kembali dipertemukan.