Toilet itu menjadi tempat tujuan Rosé. Gadis itu kembali menatap pantulan dirinya yang begitu kacau dan basah.
"Kau... menampar ku?" Ia pejamkan matanya erat, seolah menyesali perbuatannya.
Untuk pertama kalinya dalam 17 tahun ia hidup bersama Lisa. Tangan yang selalu ia gunakan untuk merawat dan menjaga Lisa kini justru ia gunakan untuk melukai Adiknya sendiri.
"Rosé bodoh! Dasar bodoh! BODOH!" Dengan tangan yang sama. Gadis Uhm itu memukuli kepalanya dan menjambak rambutnya kuat.
Klek~
Suara pintu membuat Rosé segera merapihkan dirinya. Bersikap seolah tidak ada yang terjadi "Oh, Rosé!"
Bisakah Rosé muntah sekarang? Rasa mual itu menyeruak sesaat dirinya melihat Naeun masuk dan menyapanya dengan ramah.
"Bukankah kau sedang bersama Lisa tadi? Apakah kalian sudah selesai bertengkar atau— astaga tentu saja kau kan menampar Adik mu, pasti rasanya puas bukan?"
Tak satupun kalimat yang Naeun lontarkan padanya mendapatkan tanggapan. Rosé membuat gadis Lee itu terus mengoceh layaknya orang gila.
"Apa kau tidak penasaran dengan apa yang terjadi?"
Rosé yang semula sibuk mencuci tangannya kini nampaknya mulai merasa tertarik dengan ucapan Naeun "Sebenarnya ini rahasia tapi—"
"— Aku dan Lisa berteman karena ingin membalas mu." Lanjut Naeun mendekatkan dirinya pada Rosé.
"Aku menghasutnya. Membuatnya semakin membenci mu. Menjadikannya alat untuk melukai mu... dan dirinya sendiri."
Melihat keterdiaman Rosé membuat Naeun semakin merasa menang "Akan ku balas perbuatannya yang berani mempermalukan ku. Akan ku buat dia tahu balasan karena berani membuat ku malu—"
"Naeun-ssi." Potong Rosé menyelesaikan sesi cuci tangannya.
Kepala gadis Uhm itu tertoleh tepat ke arah Naeun yang berdiri disampingnya "Kau merasa menang karena berhasil memperalat Adik ku?"
"Ck, tentu saja. Dia penguasa sekolah ini, semua orang takut dan tunduk padanya." Sahut Naeun bangga.
"Kau memperalat Adik ku dan berpikir aku akan terinjak-injak oleh mu dengan mudah?"
Rosé membalik tubuhnya ke arah Naeun"Tentu saja. Selama ini kau hanya bisa berlindung dibalik Adik kembar mu. Sekarang perlidungan mu itu justru berbalik melawan mu."
"Begitu rupanya." Rosé mengangguk penuh arti.
"Kau mungkin berhasil membodohi Adik ku, memperalatnya untuk hal yang buruk atau bahkan melawan ku. Tapi kau sepertinya lupa, hal itu—"
"—Tidak mengubah fakta bahwa aku adalah putri dari pemilik Yayasan dan Sekolah ini." Lanjut Rosé melangkah maju.
"Lantas? Kau tidak bisa melakukan apa-apa tanpa Adik tempramental mu itu, Rosé."
Gadis Lee itu masih menyombongkan dirinya, melupakan sosok asli orang yang kini berdiri dihadapannya "Kau sudah melihat Lisa marah dan mengamuk. Menyeramkan, bukan?"
"Maka itu aku memperalatnya, bodoh." Sahut Naeun kian merasa besar kepala.
"Tapi Naeun-ssi, apa kau tahu hal yang lebih menakutkan dari itu?" ujar Rosé meraih ujung dasi Naeun untuk ia gunakan mengelap air di tangannya.
"... Karena pada dasarnya, manusia akan lebih takut akan sesuatu yang belum pernah ia lihat."
Setelah memastikan tangannya benar-benar kering, Rosé bergerak menepuk pelan kedua bahu Naeun seolah membersikan sesuatu dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fraternal
FanfictionTidak ada kata selamanya dalam dunia ini. Baik pertemuan ataupun perpisahan. Karena pada akhirnya, ada saat dimana yang bertemu akan diberpisah dan yang berpisah akan kembali dipertemukan.