Bulan yang semula bersemayam menerangi langit malam itu kini perlahan tergantikan oleh matahari. Gadis bersurai blonde itu menjadi saksi bisunya.
Semalam sudah ia tak bisa terpejam karena ucapan mabuk Adik kembarnya. Jujur Rosé merasa sakit hati tapi gadis itu masih tahu diri untuk tidak marah pada Lisa, bagaimana pun yang Lisa katakan benar adanya.
Penat berkelut dengan dirinya sendiri Rosé memilih beranjak ke kamar mandi pada pukul 5 pagi. Hari ini gadis itu memiliki jawal yang cukup padat untuk ia lakukan.
"Rosé kau mau kemana pagi-pagi seperti ini?" saat tengah menuruni anak tangga, gadis itu bertemu dengan sang Ayah yang nampak baru saja bangun.
"Ada yang ingin Rosé bicarakan dengan Appa."
Pria Uhm itu terdiam sejenak, pembicaraan dengan Jiah kemarin sore kembali terlintas dalam ingatannya "Apa Rosé hendak membicarakan prihal ingatannya di malam itu?"
"Harus sekarang? Ini masih pukul 5 pagi Chaeyoung~ah." Kijoon berusaha terlihat santai.
"Kita bicarakan ini di ruangan Appa bisa?"
Sepertinya putri ketiganya itu enggan untuk menunda "Arraseo, kita bicara diruangan Appa."
Kedua insan itu beranjak, Kijoon menduga-duga pembicaraan apayang hendak Rosé katakan padanya hingga gadis itu tak ingin menundanya.
"Katakan." Kijoon terduduk nyaman di kursi kebesarannya.
"Aku memiliki satu permintaan, tolong untuk kali ini jangan menolaknya."
Pria yang hendak menginjak usia 47 tahun itu mendadak tegang. Selamat balasan tahun hidup bersama kedua kembar bungsunya itu, Rosé bukan tipikal orang yang suka meminta sesuatu secara khusus.
"Putri Appa memangnya ingin apa, hm? Jangannya hanya 1, jika Rosé meminta dunia pun Appa akan berikan."
Gadis Uhm itu tersipu malu "Aku ingin tampil di acara Pentas Musik malam ini."
Senyum Kijoon seketika lenyap. Sejujurnya ia tak terkejut dengan permintaan Rosé yang satu ini karena Jiah telah memintanya lebih dulu padanya kemarin "Kijoon~ah, Jisoo bilang besok ada Pentas Musik tahunan di sekolah mereka dan Rosé ingin tampil. Aku tau kau tak akan menyukainya tapi tolong izinkan dia kali ini saja."
"Kau tahu kan Appa---" Kijoon terteguk saat Rosé turun dan berlutut di depanya.
"Kumohon kali saja. Aku berjanji ini akan menjadi yang terakhir."
Iris hitamnya itu menangkap kesungguhan dari sosok putri ketiganya. Bagaimana Rosé berlutut dan menunduk membuat hati Kijoon tersakiti "Sebegitu besar cinta mu terhadap musik, Rosé ~ah."
"Arraseo, Appa mengizinkan mu."
****
Matahari yang mulai menyelinap dari jendela kamar itu mengusik tidur LIsa. Erangan pelan terdengar dari lisannya saat rasa pusing itu hinggap "Aku semabuk apa semalam?"
Lisa beranjak bangun dari posisitidurnya, gadis itu menoleh ke kanan dan kini seakan kehilangan sesuatu "Biasanya Chaeng selalu menyiapkan aku jus, apa dia tidak tahu aku mabuk semalam?"
Tak ingin rasa pusingnya bertambah Lisa memilih menapakkan kakinya dan pergi, suasana mansion pagi ini seharusnya cukup ramai karena Dirinya, Rosé dan Jungkook baru akan pergi ke sekolah saat siang menjelang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fraternal
ФанфикTidak ada kata selamanya dalam dunia ini. Baik pertemuan ataupun perpisahan. Karena pada akhirnya, ada saat dimana yang bertemu akan diberpisah dan yang berpisah akan kembali dipertemukan.