"Apa yang sedang kau lakukan?"
Rosé mendongak dengan mata memerah, ia tatap dalam sepasang mata hitam Kijoon yang berdiri dihadapannya.
"Apa... ini Sangeun Eomma?" Tanya Rosé mengangkat foto ditangannya.
"Karena setelah tragedi penculikan itu... aku hanya mengingat jika Sangeun Eomma memiliki rambut pendek berwarna hitam,"
Rosé menjeda kalimatnya sejenak, ia tatap penuh curiga pada foto ditangannya itu "Melainkan rambut panjang berwarna cokelat."
Kijoon terbisu. Pria itu seolah mendadak gagu sekedar untuk menjawab pertanyaan Rosé "Appa... jawab aku."
Gadis bersurai blonde itu menelan saliva-nya kasar "Appa bilang aku mengalami Amnesia Disosiatif setelah ditemukan ditengah hutan. Apa mungkin jika---"
"Tidurlah, kau pasti lelah." Tutur Kijoon pada akhirnya membuka suara.
"Aniyo. Hidup ku begitu gelap setelah tragedi penculikan itu. Selama bertahun-tahun aku hidup tanpa masa lalu yang jelas. Biarkan aku mengetahui apa yang sebenarnya terjadi."
"Dokter bilang kau akan mengingatnya sendiri nanti. Jadi, pergilah tidur."
Tangan Kijoon terulur menarik lengan kurus Rosé menuju kamar gadis itu yang terletak pada lantai 2 "Lusa kau ada ujian penting. Jadi tidurlah dengan cukup."
Dengan perlahan Kijoon menduduk Rosé pada pinggir ranjang, menatap lama wajah oval putrinya itu sebelum berbalik pergi.
Setelah beberapa langkah menjauh, pria Uhm itu kembali mendekati Rosé dan meraih selembar foto itu dari genggamannya
"Jangan terlalu dipaksakan. Appa tak mau putri Appa sakit."Kecupan dan usapan itu Kijoon daratkan pada surai blonde Rosé sebelum akhirnya pergi meninggalkan gadis itu dalam kebingungan "Sudah cukup. Aku harus mengetahuinya. Sebesar apapun resikonya, aku siap tanggung nanti."
****
Lisa melenguh, bergerak pelan meregakkan tubuhnya yang terasa kaku. Mata hazel-nya itu terbuka menatap seisi kamarnya dengan kening mengerut.
"Siapa yang membawa ku pulang---"
Otaknya itu tanpa izin mulai memutar kejadian demi kejadian yang membuat Lisa terpaku "Chaeyoung~ah! Chaeyoung ku sayang~"
Lisa terperanga dengan ringisan yang luar dari bibirnya "Haish! Mau ku taruh dimana wajah ku sekarang."
Lisa mengacak-acak rambutnya frustasi, kenapa ia harus mabuk dan berakhir melantur tanpa harga diri dihadapan Jennie dan Rosé.
Merasa lelah merutuki kebodohannya, Lisa bergerak duduk pada bibir ranjang. Perhatiannya teralih pada dua botol obat yang tata rapih di atas nakasnya dengan secarik kertas.
————
Si bodoh Lisa,
Aku pergi lebih dulu, ada yang harus ku lakukan. Jangan lupa sarapan dan meminum vitamin.
Saranghae, Lili pabo~
Ku matrai obat mu agar tak pahit.
Jangan terlambat!Chaeyoung kesayang mu~
————
Senyum tipis itu terukir di wajah Lisa
"Dia tidak melupakan kebiasaan ku, dasar."Ringisan itu terdengar setelah Lisa membaca tulisan akhir Kakak kembarnya itu. Lisa melempar asal kertas ditangannya, kembali melempar tubuh kurus letihnya itu kearah kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fraternal
FanfictionTidak ada kata selamanya dalam dunia ini. Baik pertemuan ataupun perpisahan. Karena pada akhirnya, ada saat dimana yang bertemu akan diberpisah dan yang berpisah akan kembali dipertemukan.