Saat seseorang duduk bersama mu dan bersedia mendengarkan keluh kesah mu. Maka jangan sia-siakan dia.
________________________Dari atas balkon, Lisa menatap sinis Rosé yang berlalu pergi dengan mobil.
Biasanya Lisa lah yang pergi dan Rosé dengan setianya tetap di rumah, menunggu Lisa hingga pulang. Tapi sepertinya sekarang kebiasaan itu mulai pudar.
Rosé mulai memiliki kesibukan sendiri. Kakak kembarnya itu tak akan lagi menyambut Lisa pulang seperti biasanya.
"Geurae, memangnya yang bisa sibuk kau saja? Aku juga bisa." Gerutu Lisa meraih ponsel-nya.
Sambungan telfon itu terdengar, tak lama seseorang dari seberang sana menerima panggilan "Seret Mina ke basecamp. Gadis itu harus merasakan akibat dari meremehkan ku."
****
Rosé memberikan lembaran uang pada pria tua penjual minuman itu. Langkah pelannya membawanya menuju Jisoo yang terduduk di kursi taman seorang diri.
Soal Jennie, gadis itu memilih tak ikut untuk membantu Jiah di restaurant. Sebenarnya Jisoo pun menjaga-jaga agar Jiah tak curiga.
Karena lama menunggu Rosé, gadis Lee itu nampak menikmati pemandangan disekitar. Fokusnya teralih pada seorang anak kecil yang tengah berlarian dengan seorang pria yang mengejarnya.
"Eonni!" Pekik Rosé saat mendapati Jisoo tak kunjung menyahutinya.
"Maaf, aku melamun." Ujar Jisoo meraih minuman yang Rosé sodorkan padanya.
Pandangan Rosé jatuh pada sepasang anak dan Ayah yang nampaknya sejak tadi menjadi pemandangan Jisoo "Ada apa?"
Jisoo yang mengerti arah pembicaraan Rosé menggeleng pelan "Eonni, kau bisa berbagi bersama ku. Anggap saja aku ini... Adik mu."
Perkataan Rosé berhasil membuat hati Jisoo menghangat, bahkan senyum itu kini ikut terbit diwajahnya "Aku... merindukan Appa."
"Appa? Memangnya di mana Ayah Jisoo Eonni berada sekarang? Bekerja?"
Jisoo menggeleng dengan senyum sendu "Entah. Aku dan Jennie hanya tinggal bersama Eomma sejak kecil."
"Maaf Eonni." Cicit Rosé merasa bersalah.
"Tidak apa. Itu kenyataannya. Selama belasan tahun aku tak pernah bertemu atau bahkan melihatnya."
"Apa Jiah Ahjumma tidak mengatakan apapun?" Tanya Rosé berhati-hati.
"Aku dan Jennie sepakat untuk tidak membahasnya. Yang aku tahu, Appa meninggalkan kami karena wanita lain."
Rosé mengulum bibirnya. Ia jadi semakin merasa bersalah pada Jisoo karena tanpa sengaja kembali membuka luka lama gadis Lee itu "Aku... benar-benar minta maaf, Eonni."
Jisoo menoleh dan tersenyum "Tidak apa. Setidaknya aku jadi mengingat tentang Ayah ku lagi."
Mata hitamnya itu meneliti Rosé yang duduk menatap langit. Ada senyum tipis dibibirnya. Senyum yang tak pernah luntur menghiasi wajah oval gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fraternal
FanfictionTidak ada kata selamanya dalam dunia ini. Baik pertemuan ataupun perpisahan. Karena pada akhirnya, ada saat dimana yang bertemu akan diberpisah dan yang berpisah akan kembali dipertemukan.