Sore itu, tepatnya di taman rumah sakit. Jiah yang tengah termenung meratapi keadaan putri bungsunya itu dikejutkan dengan suara lembut milik Rosé.
"Eomma?" Rosé muncul dari balik punggungnya dengan wajah yang begitu menggemaskan.
"Iya sayangnya Eomma." wanita Lee itu meraih tubuh putri kecilnya untuk duduk di atas pangkuannya.
Jemari mungilnya itu menyapu permukaan kulit wajah Jiah lembut "Eomma telihat lelah. Apa Chaeyoung boleh temani Eomma?"
Jiah terkekeh dengan suara cadel putrinya
"Tentu saja boleh. Lelah Eomma langsung terasa hilang saat Chaeyoung bersama Eomma."Kepala yang terasa berat itu tersandar pada bahu kecil Rosé, sedangkan jemari mungil putrinya itu bergerak membelai wajah Jiah lembut. Tak sadar, perlakuan manis putrinya itu membuat Jiah tersenyum karena nyaman.
"Eomma... apakah jika besal nanti Chaeyoung masih boleh menggandeng tangan Eomma sepelti itu?" jari telunjuknya terangkat mengarah pada seorang wanita tua yang tengah menemani gadis muda yang terduduk di atas kursi roda.
Hati Jiah terenyuh. Ia membayangkan apakah dirinya akan seperti itu kelak bersama Lisa yang terus menerus jatuh sakit.
Lamunannya seketika musnah saat tangan mungil Rosé bergerak menggengam tangannya "Losé bolehkan telus menggengam tangan Eomma seperti ini 'kan?"
Wanita bersurai cokelat itu tersenyum gemas "Tentu saja, Eomma akan menggenggam tangan Chaeyong dan Lisa sampai Eomma tua nanti, okay?"
"Janji?" Kelingking kecilnya itu teracung di udara.
Jari telunjuk Jiah mencoleh hidung bangir milik putri ketiganya itu gemas "Janji."
****
Karena tak lagi kuasa melihat putrinya itu terus menerus merasakan sakit, suara parau Jiah pun mengudara.
"Biarkan putriku tenang. Biarkan Chaeyoung-ku beristirahat dengan tenang." sulung Uhm itu menggeleng tak setuju.
"Apa yang Eomma katakan?!" Jisoo angkat suara.
Sedangkan pria Uhm itu tak dapat berkata apapun, ia pejamkan matanya itu bersamaan dengan air mata yang menitih "Jisoo~ya..."
"Tidak, Appa! Kenapa Eomma segampang itu menyerah pada keadaan Rosé? Apa Eomma tidak menyayangi Rosé? Dokter tolong—"
"Cukup Jisoo!" Wanita Lee itu menarik nafasnya.
"Tidak bisakah kau melihat betapa tersikasanya Adikmu?" Jiah melirih dengan hati yang perih.
Langkah pelan itu membawa Jiah mendekat pada raga putri ketiganya. Ia kecup lama kening gadis remaja itu dengan lekat "Chaeyong~ah..."
Jiah yang tak lagi kuasa menahan tangisnya "Chaeyongnya Eomma sudah besar dan dewasa sekarang. Terakhir kali Eomma melihat Chaeyoung masih sangat menggemaskan dan kecil."
"Eomma bahkan baru bertemu dan melihat Chaeyoung lagi beberapa bulan ini. Tapi kenapa Chaeyoung meninggalkan Eomma, sayang? Apa karena Eomma dulu meninggalkan Chaeyoung dan Lisa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fraternal
Fiksi PenggemarTidak ada kata selamanya dalam dunia ini. Baik pertemuan ataupun perpisahan. Karena pada akhirnya, ada saat dimana yang bertemu akan diberpisah dan yang berpisah akan kembali dipertemukan.