48. Chaos

3.6K 470 73
                                    

Tersadar dari lamunannya, perhatian Jennie justru jatuh pada raga lainnya terbaring pasrah di atas tanah. Terlebih saat gadis bermata kucing itu sadar bahwa kedua mata cokelat yang memerah itu terbuka sambil menatap langit mendung dengan sendu.

"CHAEYOUNG~AH!" Jeritan gadis bermata kucing itu terdengar samar di pendengaran milik Rosé.

Yang Rosé rasakan sekarang hanyalah dengungan menutup pendengarannya dengan sekujut tubuhnya yang dipenuhi rasa sakit. Tapi, debaran jantung yang berdetak seriraman dengan jantungnya itu berhasil membuat Rosé merasa lega.

"Chaeyoung~ah apa kau bisa mendengar suara Eonni? Kemari, lihat Eonni!" Jennie berdeku di sisi tubuh yang di penuhi akan darah itu.

Gadis bermata kucing itu meragu untuk menyentuh raga Adik pertamanya, takut jika dirinya justru menambah rasa sakit untuk Adiknya itu.

"Chaeyoung bisa dengar Eonni 'kan? Chaeyoung lihat Eonni sayang."

Sedangkan dilain sisi, Jisoo menatap penuh rasa takut raga Adik bungsunya yang terbaring tak sadarkan diri di atas mobil yang pagi tadi menghantarnya menuju sekolah.

Kedua mata Adiknya itu terpejam, wajah dan tubuhnya dipenuhi akan darah segar dengan bau yang menusuk.

"Seseorang to-tolong panggil ambulan." Jisoo berseru pelan setelah tersadar dari rasa terkejutnya.

"Lisa!" sulung Uhm itu menoleh mendapati Ayah dan Ibunya berlari menghampiri merekas.

"Tuhan, putri kecilku Kijoon~ah." Jiah melirih dalam pelukan Kijoon.

"Tenangkan diri mu, ambulan sedang dalam perjalanan. Kita tak bisa berbuat apa-apa, itu hanya akan membahayakan—"

Kalimat Kijoon terputus setelah akhirnya kedua mata legamnya itu menyadari sosok putri ketiganya yang ikut terbaring di aspal dingin dengan keadaan yang tak jauh berbeda dengan Lisa.

"Chae-Chaeyoung." Kijoon melepas pelukan Jiah begitu saja, kedua tungkainya yang bergetar itu melangkah menghampiri Jennie dan ikut bersimpuh di sampingnya.

"Putri Appa..." setetes air mata itu berhasil jatuh membasahi pipi Kijoon.

"Chaeyoung sayang, lihat Appa, terus bersama Appa, ya? Chaeyoung putri Appa yang kuat."

Tarikan nafas yang terdengar berat dan pendek itu memicu derasnya air mata Kijoon. Pria Uhm itu menangis setelah mendapati mata cokelat Rosé menatapnya balik.

"Ap-pa..."

"Hm, kenapa sayang?" Kijoon mengulum bibirnya.

Jiah dan kembar Sulung itu ikut terdiam menanti kalimat yang hendak Rosé ucapkan dengan bibir bergetarnya.

"Ma-af." Kijoon mencondongkan kepalanya karena tak yakin akan apa yang Rosé ucapkan.

"Ucapkan lagi secara perlahan, sayang." suara deru nafas itu terdengar menggema di telinga Kijoon.

"Ro-sé...sa-lah."

Kijoon menyeka air matanya kasar "No, siapa yang mengatakan itu? Chaeyoung adalah putri Appa yang pintar dan baik."

"Ji-ka malam itu— Uhuk!"

Cairan kental yang menyedaknya itu menjalar naik ke mulutnya dan merembes hingga keluar melalui sudut bibirnya dan berakhir membuat lehernya terlumuri cairan merah.

Kijoon menjerit dalam batinnya yang hancur
"Chaeyoung~ah, lihat Appa. Chaeyoung dengarkan Appa, Chaeyoung hanyanya putri kecil Appa yang tak tahu apa-apa."

FraternalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang