Panasnya hembusan nafas itu terasa menerpa wajah oval Rosé. Sorot tajam mata hazel dihadapannya bahkan tak dapat membuat sedikit pun tekadnya runtuh.
"Lakukan Lisa; tampar aku, pukul aku, jambak aku. Lakukan— aku siap menerimanya." Bisik suara lirih itu berhasil membuat hati Lisa bergetar tak karuan.
Beberapa detik terdiam, Rosé memberanikan dirinya, meraih perlahan tubuh Lisa masuk ke dalam pelukannya.
"Aku tak pernah pergi, apa lagi sampai meninggalkan mu. Kau tahu'kan—"
"— Kita itu satu jiwa yang hidup dalam 2 tubuh." Lanjutnya sambil menatap kedua mata bulat Lisa.
"Itu dulu." Suara itu mengalun tajam hingga terasa menusuk jantung Rosé.
"Ingat apa yang kau katakan pada ku setiap pagi kala kau membangunkan ku?" Tanya Lisa mendapatkan anggukan.
"Aku tak akan pergi kemana pun tanpa mu—"
"— Nyatanya kau justru pergi bersama orang lain dan meninggalkan ku. Semuanya hilang Rosé— setelah kau kenal dan berteman dengan mereka."
Amarah itu masih membelenggu dalam iris mata hazel Lisa "Sudah tidak ada lagi satu jiwa dalam 2 tubuh. Sekarang, kau adalah kau dan aku adalah aku."
Lisa pergi—meninggalkan Rosé dalam keheningan malam yang seakan menenggelamkannya.
"Sekarang, kau adalah kau dan aku adalah aku." Kalimat terakhir Adik kembarnya itu berhasil melukai perasaannya.
Membuat tubuh kurusnya itu terjatuh mendeku dengan tetes air yang mengalir dari sudut matanya "Tolong maafkan aku kali ini saja, Lisa. Aku janji—"
"—Aku janji setelah ini akan ku berikan segalanya untuk mu."
****
Atmosfer yang terasa sunyi dan menusuk itu menemani Jungkook yang kini terdeku di depan tungkai putih Rosé seraya mengobati beberapa luka yang terhiasa di sana.
Sedangkan gadis berwajah oval itu bersikap pasrah; terduduk dengan pandangan lurus yang kosong.
"Apa tidak sakit?" Ujarnya memecah keheningan.
Rosé menggeleng pelan tanpa merupah posisinya "Hati ku terasa jauh lebih sakit, Jungkook."
"Aku sudah selesai mengganti perbannya." Atensi Rosé kembali jatuh pada kedua telapak kakinya yang terbalut perban— sebelum menarik tubuhnya bangkit.
"Hey! Lebih baik jangan pergi sekolah." Titah Jungkook menghalau tubuh Nona mudanya.
"Luka mu itu semakin parah akibat ulang mu yang keluar dari kamar Lisa dengan mata tertutup. Jika dipaksakan—"
"— Ada ujian Matematika. Aku juga harus mengawasi Lisa di sekolah." Putusnya membuat Jungkook bungkam dan memilih patuh.
Melihat Rosé yang bergerak pelan membuat Jungkook dengan sigap membantu Nona mudanya itu, memapahnya perlahan menuju lantai utama.
"Aku tidak bermaksud ikut campur tapi— mungkin aku bisa membantu mu berbicara dengan Lisa." Tawar Jungkook membuat Rosé tersenyum.
"Aku pantas mendapatkannya—"
"— Kau baru akan berangkat? Adik mu sudah pergi sejak 1 jam yang lalu." Ucap Kijoon menenteng jas-nya.
Manik Rosé menyipit. Teringat dengan jas dan kartu nama yang ia temukan di kamar Jennie 'Sebenarnya, ada hubungan apa di antar dua keluarga ini.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Fraternal
FanfictionTidak ada kata selamanya dalam dunia ini. Baik pertemuan ataupun perpisahan. Karena pada akhirnya, ada saat dimana yang bertemu akan diberpisah dan yang berpisah akan kembali dipertemukan.