37. Undecided

5.5K 954 119
                                    

Tepat setelah bell pulang berbunyi Lisa langsung bergegas pergi dari kelas.

"Sampai jumpa nanti malam." Tukasnya meninggalkan kecupan singkat pada pipi Rosé.

Kaki jenjangnya mulai menjelajah di sepanjang lorong sekolah, mencari sosok gadis bermata kucing yang kini menjadi tujuan utamanya.

"Jisoo—Eonni!" Surai hitamnya itu mengibas berganti akan wajah cantik Kakak sulungnya.

"Apa kau melihat Jennie...Eonni?" Suaranya terdengar terbata. Jujur saja Lisa masih belum terbiasa untuk mengucapkan kata 'Eonni' untuk memanggil seseorang.

Bahkan mungkin jika Jisoo menyadarinya tangan kurus yang sengaja Lisa sembunyikan di balik punggungnya itu telah berkeringat.

"Dia memiliki jadwal belajar tambahan." Hati Lisa bergetar mendengar suara dingin Jisoo.

Apakh kedua Kakaknya itu membencinya?
"Jika kau mau, kau bisa menemuinya 1 jam lagi di tempat Bimbel."

"Arraseo, terimakasih." Lisa membungkukkan badannya dengan ragu.

Sejenak ia tatap legamnya mata Jisoo lamat. Iris matanya itu menggambarkan seberapa kuat keinginan Lisa untuk lebih banyak berbicara pada Jisoo atau bahkan sekedar pelukan singkat.

"Aku permisi... Eonni."

"Lisa." Pergerakkannya terurung.

Gadis berponi itu berbalik dan menegang "Jangan mudah menyerah, ya? Jennie orang yang keras kepala."

Jisoo melepas pelukannya dengan senyum "Aku yakin kau bisa—"

Memilih tak mengindahi ucapan sang Kakak, Lisa dengan cepat menarik Jisoo kembali dalam pelukannya.

Walau 12 tahun tak bertemu atau bahkan ingatan mereka yang samar karena terlalu kecil, tak akan bisa menghilangkan kuatnya ikatan batin di antara mereka.

"Terimakasih, Eonni. Aku benar-benar menyesal untuk peristiwa waktu itu, tolong maafkan aku."

Jisoo menyunggingkan senyum dan mengusap punggu Adik bungsunya itu penuh kasihsayang "Kesalahan itu untuk dijadikan pelajaran Lisa, bukan alasan untuk saling membenci."

****

Lisa menghembuskan nafasnya panjang, uap itu mengepul dari mulutnya karena suhu udara yang rendah.

Langit telah menggelap, padahal Jisoo berkata ia hanya membutuhkan 1 jam untuk menunggu Jennie selesai Bimbel. Tapi nyatanya gadis berponi itu telah berdiri selama hampir 3 jam di sana, hanya di temani dengan sebuah payung hitam sederhana.

"Sampai jumpa besok." Sebuah suara berhasil menghangatkan hati Lisa.

Kepalanya mendongak dengan senyum terhias. Sosok yang sejak tadi ia tunggu akhirnya muncul. Gadis itu nampak tengah asik berbincang dengan temannya, sebelum akhirnya berpisah di pintu kaca yang terletak tak jauh dari tempatnya menunggu.

Hujan deras itu mengguyur Seoul sejak sore dini hari. Jennie merutuki dirinya yang lupa untuk membawa payung.

"Eomma pasti marah nanti." Gumamnya menaikkan tas ransel untuk menutupi kepalanya.

Tarikan nafas itu terdengar sebelum Jennie mulai melangkahkan kakinya menerjang hujan. Tapi baru beberapa langkah kakinya pergi meninggalkan tempat Bimbel.

Gadis itu terdiam sesaat setelah mendapati sepasang tungkai berbalut sneakers putih itu berdiri menghalau jalannya.

Jennie mendongak, wajah sendu sosok Lisa menyapanya. Gadis itu berdiri dengan sebuah payung di tangannya "Apa lagi mau mu?"

FraternalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang