"duh kepala gue pusing, kapan stop nya ini game" Umpat rara ketika masih berada di permainan yang membentuk lingkaran dan saling berpegangan tangan, mengharuskan mereka berputar makin lama makin cepat.
"Stop" ucap Sherly
Sherly juga salah satu senior di kampus mereka, sherly dan Febian adalah panitia ospek di kelompok rara.
Kepala rara rasanya berputar putar, matanya pun mulai berbayang dengan tubuh yang sempoyongan, masih memegangi erat tangan dea yang sama sempoyongannya dengan rara.
"Berdiri yang bener" ucap faiz sambil memegangi kedua bahu rara agar rara bisa berdiri tegap.
"Ini juga gue udah diem!" jawab rara dengan pandangan yang masih berbayang.
"Lo tuh udah kayak orang mabok" ejek faiz sambil terkekeh
Plak...
"Sakit paijo!!!" Teriak rara ketika faiz mulai menyentil dahinya.
"Udah sadar kan lo" faiz memperhatikan rara yang memelototinya karena kesal.
"Gue juga mau, coba gue" pinta dea cepat sambil menunjuk dahinya pada faiz
Faiz tersenyum mendengar permintaan dea "lo udah sadar, ngapain minta gue sentil juga" ucap faiz kemudian pergi.
"Lo suka ya sama faiz?" Tanya rara spontan ketika melihat wajah dea yang tersenyum malu-malu.
Walaupun baru kenal hari ini, tapi rara tidak canggung dengan dea. Sebab Dea anaknya welcome, ramah, baik, cantik. Tentu saja berbeda jurusan dengan rara, Dea anak SI (sistem informasi).
"Yuk ke sana" tunjuk Dea ke rombongan mereka yang kini berpindah tempat, Dea mencoba mengalihkan pertanyaan rara.
"Iih gak ada game lain apa ya" gerutu dea melihat ke arah beberapa orang yang sudah berjalan memindahkan belut dari ember yang satu ke ember yang satu lagi yang berjarak kurang lebih 2.5meter.
"Udah ikutin aja, kayaknya juga belutnya kecil-kecil kok" jawab rara yang juga ikut geli melihatnya.
"Gimana?" Tanya dea pada faiz yang baru selesai
"Hati-hati, belutnya gigit" ucap faiz menakuti dea, spontan wajah dea berubah seperti orang ketakutan.
"Maju" suruh febian pada rara, dea dan satu orang cowok.
"Semangat!!!" Rara mengangkat tangannya yang sudah dia kepalkan, menyemangati dea.
"Licin banget ni belut, banyakan makan gorengan lo yak" umpat rara yang masih berusaha mengangkat belut dari dalam ember dengan kedua tangannya.
"Yes" rarapun berjalan cepat memindahkan ke ember yang 1 lagi, begitu seterusnya sampai belut yang ada sudah benar-benar pindah semua ke ember yang 1 lagi.
Rara berjalan santai, Dea masih mencoba mengangkat belut dengan ekspresi yang takut-takut.
Salah seorang anak lelaki yang berada di samping faiz bertepuk tangan dan mengacungkan kedua jempolnya pada Rara.
"Punya nyali juga" ucap faiz berkacak pinggang.
"Cuma belut segitu sih gak ada apa-apanya" rara menyombongkan diri
"Jadi pacar gue, mau gak?" Ucap cowok yang tadi bertepuk tangan sambil terkekeh (bercanda)
"Mohon maaf ya, udah punya pacar" tolak rara ikut terkekeh.
"Patah hati dong" sahut Leo yang kini ikut berdiri di samping rara dengan segaris senyum.
Leo sudah tau jika Rara memiliki pacar, tentu saja dari ilham. Dan ilham tau dari mana itu karena Ecy yang bilang ke ilham agar kasih tau ke leo yang sering titip salam untuk rara kalau rara sudah punya pacar.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANYA INGIN KAU TAHU
Teen FictionIni kisah kelanjutan Aurora Kinandra dan Aditya Chandra Bagaskara (Satu Nama Sebuah Cerita). Disini di ceritakan kehidupan Rara dan Adit ketika mereka berada di masa kuliah dan harus menjalani LDR selama Adit berkuliah di kota lain. Tidak ada hubun...