37. Tentang Aku, Kau & Dia

40 2 0
                                    

"Adit...adit...adit" sorak riuh mulai terdengar menyebut nama adit.

"Damn! Kenapa dia ada disini, wajah itu, senyuman samar itu" Umpat rara yang kini menundukkan wajahnya, tidak ingin melihat wajah adit, rara sudah ingin berdiri meninggalkan kursinya tapi cici menahan tangannya.

"Mau kemana? Lari dari kenyataan?" Tanya cici dengan sorotan mata membuat rara merasa terpojok dengan keadaan saat ini.

"Kenapa gini sih" gerutu rara sebal

"Ke belakang yuk, cari makanan laper" rara mencari alasan

"Habis mereka nyanyi 1 lagu ini, oke" jawab vanya buka suara.

"Tapi --"

"Gak ada tapi" indira menggelengkan kepala

"Sampai kapan mau terus menghindar?" Ucap cici serius

Ck...

Rara berdecak kesal.

"Kali ini yang akan bernyanyi buka gue, tapi adit. Tepuk tangannya dong buat adit" ucap rio memberikan tepuk tangannya untuk adit.

"This is song for someone" ucap adit sebelum bernyanyi dengan tatapan lurus.

"Rara, cie..." Ledek gemuruh dari yang sedang menonton, tentu saja mereka tidak tau jika adit dan rara sudah putus.

"Sok inggris, cewek lo gak disini kali. Ngapain nyanyi buat dia, lo kira masuk stasiun TV" umpat rara lalu memutar bola matanya sembarang.

Tak pernah terbayangkan
Kumiliki wanita
Seperti dirimu
Tak pernah ter fikirkan
Kau kan pergi dariku
Pergi tinggalkan ku

Kucoba tuk bertahan
Dalam kisah ini
Tak bisakah sejenak
Kau jangan pergi?

Rara curi-curi pandang ketika adit bernyanyi setidaknya mengobati sedikit rasa rindunya, sayangnya tiap kali rara melihat adit, adit lebih dulu melihatnya, sehingga membuat mata mereka bertemu.

"Kenapa malah lagu beginian? Buat gue? Argh...kenapa sih gue!!" Maki rara kesal dengan jantung yang detak-nya tidak beraturan.

"Udah yuk, pengen pingsan gue, Laper" cicit rara sudah berdiri dari tempat duduknya

"Pingsan laper atau karena denger suara adit? Atau terpesona sama adit" Ejek vanya

"Diem deh, berisik" rara kini berdiri dari tempat duduknya.

"Mau kemana?" Zaki menahan tangan rara

"Cari makan, laper" jawab rara dengan sebuah senyum kecil, mencoba melepaskan tangan zaki yang membuatnya sedikit risih.

Zaki pun melepas kan tangannya.

Rara dan ketiga sahabatnya mengambil snack box yang memang sudah di sediakan di atas meja yang ada di koridor depan ruangan guru.

"Makan di kelas kita dulu aja yuk" ajak vanya

"Boleh" rara setuju, lalu mengikuti langkah vanya yang lebih dulu berjalan di depan.

"Hei ra" sapa seorang lelaki dengan senyum melengkung

"Hei no" jawab rara menghentikan langkahnya

HANYA INGIN KAU TAHUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang