Rara menyetop makannya ketika melihat adit yang sudah tersenyum menatapinya "kenapa senyum - senyum gitu liatin aku?" Tanya rara.
"Diem" perintah adit kemudian mencolek hidung rara.
"Adiiiitttttt!!!" Rara membelalakkan matanya ketika saos sudah menempel di hidungnya.
Adit tertawa puas melihat rara yang sudah kesal.
"Mana kadonya?" Adit kembali menagih janji rara.
"Sini" perintah rara.
"Beneran?" Bisik adit
"Iya, sini" suruh rara pada adit.
Adit malah tertawa "kamu mau ngerjain aku kan" adit tau apa yang akan di lakukan rara padanya.
"Ketahuan deh" gerutu rara yang sudah mengerucutkan bibirnya.
"Gimana aku gak tau sayang, kalo tangan kamu udah ada saos gitu, mau bales dendam kan sama aku" ledek adit.
Rara memutar bola matanya asal.
"Abis ini mau kemana?" Tanya adit
Rara berpikir sejenak "pengen ketemu maura, kangen" ujar rara, merengek kecil pada adit.
"Ini ultah aku, kamu malah mau ketemu adik aku" adit menghembuskan nafasnya kasar.
"Kangen adit" rara masih merengek
Adit kembali menghembuskan nafasnya "oke, kita ke rumah ketemu maura" jawab adit sedikit kecewa.
"Marah?" Rara memperhatikan wajah adit
"Gak" jawab adit singkat
"Yakin? Senyum dulu baru aku percaya" suruh rara.
Aditpun menarik segaris senyum dari sudut bibirnya.
***
"Sms'an sama siapa? Asik banget, sampe aku di cuekin dari tadi" tanya adit yang sudah memperhatikan rara sejak tadi cengar cengir dengan layar hp nya.
Rara memutar pandangannya menghadap adit yang sudah mengemudi dengan wajah manyun.
"Cici" jawab rara sembari tersenyum.
"Mana sini liat" adit mengulurkan tangannya.
"Mampus gue, kalo adit liat bisa gagal semua nya" gerutu rara dalam hati.
"Sini liat" adit masih mengulurkan tangannya meminta ponsel rara.
"Nanti adit, kamu lagi nyetir. Mending fokus nyetir, kalo nanti udah sampe rumah aku bakal kasih. Janji" rara memberikan senyum termanisnya pada adit.
"Kamu bohong? Nanti kamu hapus, bukan cici kan?" Adit sudah memperhatikan rara dengan curiga.
"Beneran cici kamu tuh gak percaya banget sama aku" rara mengerucutkan bibirnya.
"Aku mau tanya sama kamu" adit merubah mimik wajahnya serius.
"Apa?" Jawab rara datar
"Pilih sahabat kamu atau aku?" Tanya adit tiba-tiba
"Pertanyaan macam apa ini" maki rara dalam hati.
Rara terdiam sejenak, bingung harus memberikan jawaban apa pada adit "kamu gak bisa kasih aku pilihan gitu, sahabat aku penting dan kamu juga sama pentingnya buat aku. Aku kenal sama mereka lebih dulu dari kamu, terutama cici dia yang tau segalanya tentang aku, dari pada vanya dan indira. Cici yang lebih paham sama aku, kalo aku sampe kehilangan cici berarti emang salah aku, cici itu bener-bener udah aku anggep lebih dari sekedar sahabat aku" jelas rara
KAMU SEDANG MEMBACA
HANYA INGIN KAU TAHU
Ficção AdolescenteIni kisah kelanjutan Aurora Kinandra dan Aditya Chandra Bagaskara (Satu Nama Sebuah Cerita). Disini di ceritakan kehidupan Rara dan Adit ketika mereka berada di masa kuliah dan harus menjalani LDR selama Adit berkuliah di kota lain. Tidak ada hubun...