4. Ice Cream

50 3 0
                                    

Adit merebahkan kepalanya di pangkuan rara yang sedang duduk di kursi panjang balkon rumah adit. Hanya ada mereka berdua. indira,cici,andra dan axel sedang pergi membeli makanan, karena memang cacing di perut mereka yang sudah berpesta seperti perkataan cici tadi.

"Sejak kapan kamu ngatur rencana ini, hemm?" Tanya adit yang masih merebahkan kepalanya di pangkuan rara.

"Baru tadi malem, untungnya pada bisa dateng semua. Gak nyangka aja bisa komplit walau minus vanya" jawab rara

Adit tersenyum, kemudian menggenggam sebelah tangan rara dan meletakkan di dadanya "siapa aja cowok yang udah kamu kasih surprise pas ultah seperti ini, huh??" Adit menatap lekat mata rara.

Rara berdiam sebentar, mencoba mengingat siapa saja yang sudah dia beri surprise ketika mereka ber ulang tahun.

"Banyak banget kayaknya, sampe mikir segitunya" gerutu adit

Rara terkekeh "adit kamu tau kan pacar aku siapa sebelum sama kamu?" Rara yakin adit tau jawabannya.

"Zaki, jo, terus itu siapa nama adik kelas kita yang suka kirimin kamu cokelat dulu, nah dia juga, terus __" adit berhenti berceloteh ketika rara mendaratkan cubitannya ke pinggang Adit.

"Asal aja kalo ngomong, jadian juga gak sama mereka, gak ada... Aku cuma kasih surprise kayak gini ke kamu" jawab rara yakin, sebab ketika pacaran dengan zaki, zaki belum berulang tahun.

Adit mencari kebohongan di mata rara "makasih, bintang hatiku" ucap adit menyentuh hidung rara dengan jari telunjuknya, dengan senyuman penuh arti.

Mata rara menyipit ketika mendengar adit memanggilnya dengan sebutan "bintang hati" rara seolah teringat sesuatu, mencoba mengingat hal yang mengusik di pikirannya saat ini.

"Kenapa?" Adit menangkap sikap rara yang bingung.

"Bintang? Rasanya aku gak asing sama sebutan itu" ujar rara masih mencoba mengingat.

"Apa?" Adit tersenyum melihat rara yang bingung.

Akhirnya rara teringat dengan atensi yang dulu pernah di kirimkan seseorang melalui radio "aku inget, dulu waktu kita masih sekolah. Ada seseorang yang pernah kirim atensi lewat radio dan __" belum sempet rara melanjutkan perkataannya adit sudah memotongnya.

"Dan dia kirim buat bintang anak kelas kita, terus dia request lagu dealova" lanjut adit.

Rara menatap mata adit, seolah mengerti sesuatu dari kata-kata adit "itu kamu?" Tanya rara meyakinkan.

Adit hanya menjawab dengan menaikan sebelah alisnya, kemudian tersenyum.

"Adiiiiiit!!!" tangan rara sudah menarik sebelah pipi adit.

"Sakit" adit meringis karena rara terlalu kuat menarik pipinya.

Rara tertawa, perasaannya begitu bahagia ketika berada bersama adit. Sekalipun dulu adit sosok orang yang menyebalkan, tetapi adit selalu bisa membuatnya tertawa.

"Kamu mau sampe kapan bolos kuliah, buat pulang kesini?" Tanya rara

"Kamu gak suka aku pulang?" Adit mengerutkan dahinya.

Rara menarik segaris senyum "aku suka kamu disini, tapi kamu juga harus kuliah dan itu lebih penting buat masa depan kamu" jawab rara

"Kamu juga masa depan aku!" Jawab adit yang kini mengubah posisinya dari rebahan menjadi duduk di samping rara.

Rara menghela nafas ketika mendengar perkataan adit.

"Ini kan masih semester awal, gak apa bolos. Kamu ragu sama kemampuan aku?" Ujar adit sombong.

HANYA INGIN KAU TAHUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang