22. PUTUS !!

42 3 0
                                        

Sudah 2 hari semenjak rara mengetahui adit pergi dari rumah, adit masih selalu menelpon rara. Hanya saja rara tidak ingin berbicara banyak, dan ingin menyadarkan apa yang dilakukan adit itu salah. Tapi tak ada perubahan dan adit masih belum ingin pulang ke rumah. Rara terlalu capek untuk menasehati lelaki itu yang begitu keras kepala, entah harus dengan cara apalagi agar adit mau pulang ke rumah.

Setiap hari rara makin merasa bersalah, ini semua terjadi karena dia penyebabnya. Jika saja rara dan adit tidak berpacaran mungkin adit tidak akan sering mengunjungi rara sehingga membuat adit sering bolos kuliah. Tapi adit tidak pernah mau mendengarkan. Dalam beberapa hari ini rara membatasi dirinya untuk berbicara pada adit, hanya menjawab seperlunya, bahkan beberapa hari ini rara tidak pernah mendengar adit bernyanyi untuknya, bukan karena adit tidak bernyanyi. Tapi rara selalu  memutus teleponnya terlebih dahulu sebelum adit bernyanyi.

Sudah pukul 3 sore di hari minggu. rara menghela nafas kasar kemudian meraih ponselnya, meyakinkan dirinya untuk sebuah keputusan yang kini sudah dia ambil. Rara mulai mengetikkan sebuah pesan untuk adit.

"Adit, maaf aku gak bisa lanjutin hubungan kita, aku capek. Dan kamu juga pasti lebih capek, maaf selama ini aku selalu nyusahin kamu. Dan aku juga merasa kamu gak bisa terbuka sama aku. Kita gak cocok, dan semoga kamu bisa temuin kebahagiaan kamu sendiri. Terima kasih untuk semua yang pernah kamu kasih ke aku"

Rara masih ragu untuk mengirimkan pesan tersebut dan mencoba meyakinkan kembali dirinya, sebelum mengirimkannya pada adit. Setelah selesai di kirimkan, rara langsung melepas sim card ponselnya dan memilih untuk menyimpannya. Bagaimanapun itu sim card pemberian adit, rara tidak membenci adit tapi sebaliknya dia membenci dirinya sendiri yang terlalu jahat pada adit. Tapi apa yang dilakukannya itu demi adit, agar adit tidak selalu terbebani dengan adanya rara. Pergi dari hidup adit adalah pilihan terbaik yang bisa dia lakukan saat ini.

Tak lama telepon rumah berbunyi. Rara sudah mengira itu pasti adit, tak lama icha memanggil rara dari luar kamar. Rara berpura pura tidur, agar tidak harus menjawab telepon dari adit. Saat ini hanya perlu menghindari adit, tenang mungkin sakitnya tidak akan lama dan akan sama ketika dulu saat dia putus dengan zaki.

Icha pun berhenti memanggil rara ketika icha sudah membuka pintu kamar dan mendapati rara yang sudah berakting tidur.

"Maaf dit" umpat rara dengan air mata yang sudah mengalir dari sudut matanya, dengan tangan yang sudah memeluk boneka pemberian adit.

***
Semalaman rara tidak bisa tidur dengan nyenyak, pikirannya masih di penuhi dengan nama adit, matanya juga sudah sedikit sembab. Semoga bunda tidak bertanya hal-hal yang makin membuatnya pusing, sebab kepala rara sendiri saat ini rasanya sudah begitu sakit mungkin karena kurang tidur dan sejak tadi malam dia tidak makan hanya mengurung diri di dalam kamar.

"Kamu gak kuliah?" Tanya bunda yang sudah melihat rara berjalan menuju meja makan dengan wajah kusam.

"Rara izin ya bun hari ini, rara gak enak badan banget" jawab rara mencomot selembar roti tawar yang sudah dia beri selai kacang.

"Ya sudah kamu istirahat aja di kamar, sarapan, mandi terus istirahat" suruh bunda yang sudah memperhatikan rara, mungkin saat ini bunda sudah tau rara sedang tidak baik baik saja dan untungnya bunda memilih untuk tidak bertanya banyak.

"Adit nelpon kamu dari kemarin" ujar bunda ketika rara sudah berbalik badan menuju kembali ke kamar.

"Ya bun" jawab rara pelan

***
Handsfree sudah terpasang di kedua telinga rara, mendengarkan radio melalui ponselnya.

"Argh...apa hari ini hari putus cinta sedunia? Sampai semua lagu yang di puter lagu sedih semua" gerutu rara yang sudah melepas handsfreenya.

HANYA INGIN KAU TAHUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang