54. Luka

196 21 7
                                    

Rily menghela napas panjang dan menampilkan senyum palsu yang terpatri di bibir manisnya.

Entah sampai kapan Rily harus membohongi dirinya sendiri, ia melangkah kan kakinya memasuki gerbang SMA Harapan Bangsa dengan langkah pelan.

Dari semua yang hilang, Rily paling merindukan dirinya sendiri.

Gadis dengan rambut sebahu yang terurai itu menoleh ke arah parkiran tempat siswa-siswi SMA HB memarkirkan motor mereka, ia menyipitkan mata saat tidak melihat motor Raka di tempat biasanya terparkir.

"Eh itu Kak Raka bukan?"

"Lho, Kak Raka beneran pacaran sama Kak Aleta?"

"Gilaa... masih anak baru udah berhasil dapatin most wanted."

Rily yang baru saja melewati area parkiran motor langsung menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke belakang saat mendengar suara gadis-gadis yang menyerukan nama kekasihnya.

Rily mengerjap tersadar dengan tatapan nanar melihat motor Raka yang memasuki area parkiran dan ada Aleta yang duduk di jok belakang motor besar lelaki itu.

Hati Rily sangat sakit, dari semua luka yang ia dapatkan, ini adalah luka yang paling menyakitkan ketika melihat sosok lelaki jangkung yang teramat ia cintai turun dari atas motor dan melepaskan pengait helm yang Aleta kenakan.

Raka melakukan itu di depan banyak orang, termasuk Rily yang masih berstatus sebagai kekasihnya.

Rily tahu, dari awal pertemuan mereka, Rily lah yang pertama kali jatuh hati dan menaruh rasa pada lelaki itu. Dan Rily juga sadar, bahwa sebelum Raka menyatakan cinta dan mengubah status mereka dari teman menjadi pasangan, Rily selalu mengejar-ngejar Raka agar lelaki itu menoleh kepadanya.

Awalnya, Rily hanya ingin meluluhkan hati keras Raka dan mencairkan si es kutub. Namun semakin lama ia mencoba untuk mendapatkan hati Raka, semakin Rily terperangkap dalam jebakannya sendiri.

Gadis manis itu tidak pernah menyesali pertemuannya dengan Raka, ia juga tidak menyesal telah jatuh hati pada sosok lelaki yang selalu bersikap dingin kepadanya. Tetapi satu hal yang dapat ia jadikan pelajaran dalam hidup nya, bahwa Rily tidak akan pernah jatuh hati lagi kepada lelaki yang belum selesai dengan masa lalunya.

Rily hanya ingin dicintai tulus apa adanya, ia ingin dicintai sepenuhnya. Rily ingin Raka menganggapnya sebagai rumah, bukan hanya tempat singgah untuk menyembuhkan luka.

Rily bisa melihat senyum manis Aleta ketika Raka melepaskan helm itu dari kepalanya, dan kini kedua insan itu berjalan bersamaan melewati orang-orang yang menatap ke arah mereka dengan penuh rasa penasaran.

Rily mengusap kedua sudut matanya yang berair, ia memegangi dadanya yang terasa sesak dan menghela napas panjang.

Tenang Ril, lo harus bertahan, lo udah janji bakal ngeyakinin Kak Vian buat tetap milih lo di sisinya. Jangan nyerah.

Setelah berkata di dalam hatinya, gadis pendek itu melangkah pelan menghampiri Raka dan Aleta yang berjalan bersamaan. "Pagi Kak Vian!" sapa Rily ramah dengan senyum palsunya.

Raka menoleh tersentak, ia meneguk ludah. "Pagi Rily," sahutnya kembali menyapa dengan senyum tipis.

Suara grasak-grusuk terdengar merapat, bisik-bisik mulai terdengar membicarakan hubungan antara Raka, Rily dan Aleta.

"Vian dia siapa?" tanya Aleta dengan kerlian polos matanya menatap ke arah Rily yang berdiri di hadapan mereka.

Rily tersenyum ke arah Aleta, ia melambaikan tangannya ramah. "Hai, gue paca—"

You Hurt Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang