34. Taman

430 28 8
                                    

Rily memperhatikan bunga mawar di dalam vas bunga kaca yang berisi sedikit air. Ia menghembuskan napas, kelopak bunga itu masih utuh.

Perlahan jemari tangannya terangkat, mencoba menyentuh bunga itu walau terbataskan kaca. Rily menurunkan tangan, menghela napas kasar dan menjatuhkan kepalanya di atas lipatan tangannya di meja belajar.

Sebuah dering ponsel terdengar, Rily mengangkat wajah dengan malas.

"Halo ... " sambutnya saat panggilan terhubung.

"Turun, gue udah dibawah." balas seseorang dari seberang telepon.

Rily diam sejenak, saat tersadar, ia cepat-cepat memutuskan sambungan telepon sebelah pihak.

Ia berjalan cepat menuju lemari, meraih asal pakaian dari dalam lemari. Dan dengan cepat melepas piyama di tubuhnya, lalu menggantinya dengan pakaian yang baru ia ambil dari dalam lemari.

Setelah itu, Rily mengambil tas selempang yang sering ia gunakan. Meraih ponselnya, ia berjalan cepat keluar pintu kamar dan kembali menutup pintu itu.

"Mau kemana?"

Saat hendak memutar kenop pintu utama rumah itu, Rily menghentikan pergerakannya. Menoleh dengan gugup kebelakang, dimana ada Amor yang sedang bersedekap menatapnya.

"Emm aku mauu keluar ..." Rily menggigit bibir bawahnya.

"Kemana?" tanya Amor dengan tatapan mengintimidasi.

"Eung ... Ke...-----"



Tok ... Tok ... Tok ....




Rily melotot kecil, dengan cepat berdiri tegap di depan pintu. Melihat Amor yang berjalan mendekat, membuat Rily merentangkan tangan.

"Siapa itu? Tamu?"

"Bu-bukan! Dia te-temen aku Ma!" Rily semakin melebarkan rentangan tangannya saat pintu kembali di ketuk.

"Minggir."

Perlahan Rily menyampingkan tubuhnya dengan ragu, melawan Amor sama saja dengan mencari masalah.

Amor memutar kenop pintu sembari menatap Rily dengan mata menyipit curiga.

"Assalamualaikum tante ... "

"Eh Raka, masuk, masuk." Amor tersenyum lebar, bergerak mundur memberikan Raka ruang untuk masuk ke dalam rumah.

Rily mencebik kesal saat melihat Mamanya merespon begitu baik kehadiran Raka di depan pintu. Begitu berbeda ketika menyambut Rily yang langsung di semprot dengan amukan.

"Ah ... Nggak usah tante, cuma mau ngajakin Rily keluar sebentar. Boleh kan tante?"

"Oh ... Rily?" Amor menarik lengan tangan dan mendorongnya ke samping Raka. "Bawa aja, nggak usah dibalikin juga nggak papa."

Rily terkekeh miris. "Yuk kak," ucapnya berjalan duluan meninggalkan Amor dan Raka di teras rumah menuju mobil Raka yang terparkir di halaman rumah.

Raka yang memperhatikan itu berdeham. "Kalau gitu, Raka pamit dulu ya tante, titip salam buat Raylan. Assalamualaikum tante ... "

"Raka?"

Raka yang hendak memutar tubuh, kembali menoleh. "Iya tan?"

Amor menghembuskan napas panjang. "Jaga Rily baik-baik ya, jangan pulang terlalu malam."

Raka tersenyum tipis, ia menganggukkan kepala. "Iya tante, saya bakalan jaga Rily baik-baik."

***

You Hurt Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang