PEMBUKAANDavid Genza
***
Rily berjalan memasuki gerbang sekolah bersama Naza. Hal ini sudah biasa sedari dulu, mereka sering berangkat bersama ke sekolah.
"Gue yakin kita bakalan sekelas," ujar Naza penuh keyakinan.
Rily mendengus, "sejak kapan lo jadi cenayang?" tanya Rily malas.
Naza mengedikkan bahu, ia memperhatikan sekitar. "Bukannya dari dulu kita udah sekelas. Udah keduga kali,"
"Dulu kan SMP, sekarang udah SMA, jadi beda server."
Naza mendelik, "beda apaan, satu sekolah juga." sahutnya tidak terima.
Naza menarik tangan Rily berbelok di persimpangan koridor. "Madingnya disana," ujarnya sebelum Rily memprotes.
Mereka sama-sama berhenti di hadapan majalah dinding yang tergantung di dinding ruang eskul anak Mading.
Rily maju menerobos keramaian, ia berusaha mencari namanya. Sedikit kesulitan karena tinggi badannya yang pendek untuk ukuran anak SMA. "Mana ya nama cakep gue," tanya Rily pelan kepada dirinya sendiri.
"Namanya siapa?"
Rily mengerjap, ia memiringkan kepalanya. Suara lembut itu terdengar tidak asing memasuki indra pendengaran Rily.
"Nazarah Ulfa,"
Rily membelalak.
"Bentar ya, gue cariin."
Rily memperhatikan itu dengan emosi yang menggebu-gebu.
Nazaaa! Rily membatin geram.
"Kak, tolong sekalian nama Rily Syafira Almeera juga ya," ujar Naza dan diam-diam mengedipkan sebelah mata kepada Rily yang berada dibelakang tubuh lelaki jangkung Ketos itu.
"Nama lo diatas nama Rily, kelas sepuluh Mipa dua."
Rily menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, pipinya sudah memerah semu. Rasanya begitu bahagia saat lelaki yang disukainya menyebut namanya, Rily bahkan tanpa sadar menahan napas saat lelaki itu menyebutkan namanya.
"Makasih kak," ujar Naza yang dibalas lelaki jangkung itu dengan anggukan. Naza melangkah mendekati Rily yang masih tersenyum malu-malu.
"Kok lo bisa di bantuin sih?" tanya Rily kesal.
Naza mengedikkan bahu, "dia tadi lagi nyari kelas juga. Terus tiba-tiba nanyain nama gue, yaudah gue jawab. Udah kali ah, lagian dia nyebut nama lo jugakan?" Naza menggoda Rily dengan menyenggol pelan tubuh Rily. "Gimana rasanya hm?"
"Udah ih! Yuk cus nyari kelas," jawab Rily mengalihkan topik pembicaraan.
Naza hanya mencibir, lalu ia mengajak Rily untuk segera mengikutinya. Sebelum pergi meninggalkan koridor itu, Rily dan Naza menyempatkan untuk melirik Ketos pangeran Rily.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Hurt Me!
Teen FictionDi sebuah taman yang tampak tidak terawat, daun-daun kekuningan bunga yang gugur berjatuhan di atas rerumputan hijau yang basah terkena tetesan rintik hujan. Angin bertiup semakin kencang, sosok gadis berambut sebahu itu menangis sengungukan di bawa...