Guys, gue ganti cover.
Menurut kalian gimana, bagusan cover yang dulu, atau sekarang?
***
Coba ingat, sudah berapa kali kamu gagal?
Yakin mau berjuang terus?***
David dan Rily sama-sama menghembuskan napas lega.
Di bawah terik matahari yang panas, di pinggir lapangan sekolah yang cukup ramai, Rily menyeka keringat di pelipisnya.
Hari ini, adalah hari terakhir untuk melaksanakan persiapan pensi.
Seluruh anggota Osis dan guru sibuk untuk mempersiapkan semua kebutuhan pensi, sedangkan siswa dan siswi SMA HB dibiarkan jam kosong untuk mengadakan rapat kelas karena mereka akan mengikuti lomba saat pensi nanti.
"Persiapannya udah matang kak?" tanya Rily, berusaha menghilangkan kecanggungan di antara mereka.
David menoleh. "Seharusnya udah, ngeliat panasnya matahari." David terkekeh. "Sedikit lagi, tinggal panggung sama hasil dari rapat kelas. Kayaknya lo bakal begadang malam ini."
Mereka berdua sedang duduk selonjoran di pinggir lapangan untuk istirahat sebentar karena baru saja selesai menghampiri satu persatu setiap kelas di SMA Harapan Bangsa.
"Begadang ya?" tanya Rily lelah.
"Lo harus ngumpulin nama-nama yang ikut setiap lomba. Dan pasti nama nya beda-beda, karena satu orang cuma boleh ikutin satu macam lomba."
Rily menganggukkan kepala, ia menatap lapangan sekolah dan anggota Osis lainnya yang sedang sibuk mendirikan panggung untuk pensi besok. "Sebenarnya kita ngelakuin ini untuk apa sih kak?"
"Hm?"
"Kita capek-capek meriahin pensi, persiapkan ini-itu. Buat apa? Kita nggak dapat penghargaan, kita gak dapat gaji, dan kadang perjuangan kita juga gak di hargai. Osis itu ... di bentuk untuk apa?"
"Coba lo tanya diri lo sendiri, kenapa lo rela panas-panasan? Kenapa lo mau nyamperin setiap kelas dan begadang tiap malam buat proposal?"
Rily diam, ia berpikir sebentar. "Karena gue suka, rasanya setiap kali gue bisa bantu apapun, gue merasa berguna dan dibutuhkan."
"Kalo gue, karena gue butuh teman." Glapita tiba-tiba nimbrung dan ikut duduk selonjoran di pinggir lapangan.
"Gue butuh di dengarkan, gue pengin pendapat gue juga ikut di diskusikan." Marsha duduk di samping Rily. "Gue anak bungsu, yang selalu disingkirkan setiap kali ada musyawarah keluarga. Pendapat gue selalu di anggap angin berlalu,"
Faisal berlari dari tengah lapangan dan ikut bergabung. "Selama ini selalu banyak hal negatif di hidup gue, jadi gue berusaha cari hal positif." celetuknya dan terkekeh.
Erika ikut gabung. "Gue pengin ngembangin bakat, karena gue pengin jadi sekretaris di perusahaan ternama. Setidaknya gue mulai dari hal kecil dulu, kayak Osis misalnya."
Rily membelalak. "Gue kenceng banget ya ngomongnya?" tanya Rily tak percaya karena teman-teman Osisnya yang di tengah lapangan bisa mendengar.
"IYA!" sahut mereka kompak.
"Suara lo mirip toa, kagak bisa di ajak ke semak-semak nanti langsung di gebukin ular." ucap Faisal yang langsung mendapatkan toyoran di kepalanya dari Erika.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Hurt Me!
Fiksi RemajaDi sebuah taman yang tampak tidak terawat, daun-daun kekuningan bunga yang gugur berjatuhan di atas rerumputan hijau yang basah terkena tetesan rintik hujan. Angin bertiup semakin kencang, sosok gadis berambut sebahu itu menangis sengungukan di bawa...