50. Menggenggam wanita lain

251 20 4
                                    

Libur semester telah tiba.

Raka dan Rily yang sudah berstatus pacar, kini hampir menjalani satu minggu hubungan itu selama libur semester.

"Aku mau kita ke pantai,"

"Kita udah sering ke sana, cari wisata lain."

"Aku sukanya pantai!"

"Rily ... Aku bosan pergi ke sana,"

"Kamu bosan pergi bareng aku? Kita baru pacaran enam hari, tapi kamu udah bosan?!"

"Bu-bukan gitu, kamu dengarin aku dulu." Raka langsung berdiri dari duduknya dan mencekal pergelangan tangan Rily yang hendak pergi dari taman komplek perumahan mereka.

Rily menghentakkan tangannya kesal, membuat cekalan Raka terlepas dari tangannya. Ia menoleh kepada Raka yang tampak tertekan. "Memangnya kamu mau ke mana?" tanya Rily misuh-misuh.

"Kita nonton---"

"Tuh, kan!" potong Rily sebelum Raka menyelesaikan ucapannya. "Kamu mah nonton terus, film action semua! Enggak ah, aku mau kita ke pantai. Kalau kamu nggak mau, aku marah---"

"Oke, aku ngalah." jawab Raka sebelum Rily menyelesaikan ucapannya.

Senyum Rily langsung mengembang sempurna, ia dengan langkah riang kembali menghampiri Raka dan memeluk lengan tangan lelaki itu. "Kamu mau tidur lagi? Aku temanin deh,"

Raka mendengus pelan, ia harus terbiasa dengan sikap ke kanakan Rily yang suka berubah-ubah. "Hm, aku ngantuk."

"Sejak kapan kamu nggak ngantuk?" Rily mendudukkan dirinya di kursi panjang taman. Raka menyusul, ia menidurkan tubuhnya di atas kursi panjangan taman dengan kepala berbantalkan paha Rily yang sedang mengayun-ayunkan kakinya.

"Perasaan setiap kali kita ke taman, kerjaan kamu tidur terus." ujar Rily namun tidak mendapatkan balasan dari Raka.

Rily menatap wajah tampan Raka yang berada di pangkuannya. Ia tersenyum samar saat paparan sinar matahari petang menyinari wajah tampan Raka. "Aku masih nggak nyangka kalau Kak Vian suka aku," ujar Rily membuat Raka membuka pejaman matanya.

Raka menatap wajah Rily dari bawah, ia kembali memejamkan mata saat Rily mengusap rambutnya.

"Kak Vian benaran suka sama aku?"

"Hm .... "

"Serius?"

"Kamu selalu nanyain itu setiap hari, dan sampai sekarang jawabannya tetap sama."

"Jawaban apa?"

"Aku suka kamu."

Blush.

Pipi Rily langsung merona merah, ia dengan malu-malu memukul dada bidang Raka. "Ah, Kak Vian bisa aja!"

"Uhuk!" Raka memegang dadanya dan meraih tangan Rily yang berada di atas dadanya. "Kamu mukulnya jangan kuat-kuat dong,"

"Kenapa? Sakit ya? Perasaan aku mukulnya pelan deh,"

"Hatiku lemah kalau disentuh sama kamu,"

"Tuh 'kan, gombal lagi!" Rily mengerucutkan bibir bawahnya.

"Salah gombal pacar sendiri?"

Rily mengatupkan bibirnya rapat-rapat, perutnya terasa seperti ada yang menggelitik, pipi Rily memanas. Ia belum terbiasa mendengar kata 'pacar' yang keluar dari mulut Raka.

"Aku masih nggak nyangka kalau akhirnya kita pacaran,"

Raka membuka pejaman matanya dan menatap Rily dari bawah, ia mengusap-usap punggung tangan gadis itu yang berada di atas dada bidangnya. "Kamu nggak nyangka terus,"

You Hurt Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang