Penyerahan piala dan sertifikat untuk pemenang juara umum telah dilaksanakan.
Rily sudah kembali bergabung bersama teman-temannya, begitu juga dengan Raka dan David yang sudah asik berbincang-bincang.
Selain penyerahan piala dan sertifikat untuk sang juara umum, beberapa permainan juga dilaksanakan sebagai penghibur sebelum jam dua belas malam, yang akan ada diadakan acara pesta dansa.
Sekarang, jam sudah menunjukkan pukul 23.55 WIB.
Raka melirik arloji hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Ia menarik napas dalam-dalam. "Sebentar lagi gue bakal tampil,"
Bima menoleh. "Tampil apa? Bukannya malam ini kita nggak ada jadwal?"
David hanya diam dan meminum minumannya sembari menatap Rily dari jauh, namun Naza tiba-tiba membalas tatapannya. Membuat David mematung begitu saja.
"Ah, gue kebelet pipis."
Ucapan Rily membuat Naza tersadar dan meneguk ludah getir, ia segera memalingkan wajah dari David yang masih menatapnya. "Mau gue temanin?" tanya Naza berusaha terlihat baik-baik saja.
Rily menoleh, membalas tatapan Naza dengan datar. "Gue sendiri aja," sahut Rily dan berlalu pergi.
"Nanti Rily bakal baik lagi kok," Ica mengelus pundak Naza menenangkan. "Paling cuma bentar marahnya, lo tenang aja. Okay?"
"Ho'oh, Rily orang baik, dia nggak bakal tega diamin lo lama-lama."
"Kita tetap sahabat," ucap Amanda dan memakan potongan kue yang ia ambil dari pemberian pihak sekolah. "Jadi jangan pernah menyerah antara satu sama lain."
Sedangkan di sisi lain,David meredupkan tatapannya saat melihat Naza yang membuang muka. Ia mulai merasa bersalah, tetapi David tidak tahu atas alasan apa ia perlu merasa bersalah untuk Naza.
"Gue tampil sendiri," jawab Raka membalas pertanyaan Bima.
David kini menoleh ke arah Raka dengan serngitan di dahinya yang kentara.
"Maksud lo?" tanya Dava mewakili pertanyaan yang lainnya.
"Gue tampil solo," jawab Raka santai. "Nanti kalian juga tahu, tunggu aja, dua menit lagi."
"Lo mau tebar-tebar pesona ya?" tuduh Bima. "Lo enggak perlu tebar pesona udah banyak yang suka sama lo kok, Ka."
"Burung perkutut Raka makin besar kalau lo puji kayak gitu."
Raka menendang dengkul Anca. "Mau mati lo?"
"Ampun Bos!"
"Vid, nanti tolong kontrol cahaya lampunya ya. Pas gue tampil dipanggung, cukup arahin cahayanya ke gue."
"Oke." jawab David singkat.
"Lo nggak perlu pakai cahaya tetap ganteng kok Ka, jangan egois jadi orang." Bima mengusap pelupuk matanya pura-pura menangis. "Enggak kasian lihat hidup gue yang udah gelap, makin gelap karena lo."
"Enggak." jawab Raka sembari memutar bola mata.
"Udah jam dua belas malam," Dava menatap Raka. "Lo mau tampil, kan?"
"Iya, gue cabut dulu."
Raka segera berjalan dengan langkah cepat menuju kebelakang panggung. Sedangkan David mengikuti langkah Raka karena harus mengontrol sorot cahaya lampu sesuai permintaan Raka.
Melihat kepergian Raka dan David, membuat Dava tersenyum misterius. "Kita lihat siapa pemenangnya," ucap Dava yang membuat Bima dan Anca menatapnya heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Hurt Me!
Teen FictionDi sebuah taman yang tampak tidak terawat, daun-daun kekuningan bunga yang gugur berjatuhan di atas rerumputan hijau yang basah terkena tetesan rintik hujan. Angin bertiup semakin kencang, sosok gadis berambut sebahu itu menangis sengungukan di bawa...