"Kenapa?"
Raka diam, ia menatap sosok gadis dengan rambut sebahu yang digerai itu dari samping.
Rily menoleh, kini membalas tatapan Raka. "Kenapa ngajak aku ke sini?"
"Kamu marah?" tanya Raka buka suara.
"Enggak," Rily membuang muka, ia menatap ombak pantai di sore hari yang membuat dadanya semakin sesak karena mengingat kenangan saat bersama Raka di pantai ini ketika Aleta belum datang dan menghancurkan semuanya.
"Kamu diamin aku dari tadi," Raka masih menatap gadis itu. "Ini bukan Rily yang aku kenal, kamu bukan gadis pendiam."
"Kenapa tiba-tiba datang ke rumah terus minta izin ke Mama buat bawa aku?"
"Karena aku mau minta maaf, tapi selama di perjalanan kamu terus diamin aku." sahut Raka mengaku jujur. "Aku nggak tahu harus ngomong apa biar kamu mau ngomong ke aku."
"Bukannya ini yang Kak Vian mau?"
"Maksud kamu?"
"Kak Vian pengin aku mundur, kan? Terus kenapa masih peduli aku marah atau enggak?"
"Ril, aku nggak tahu kamu lagi ngomong apa."
"Hapus foto Aleta."
Raka membisu.
"Hapus foto Aleta dari akun instagram lo Kak," ujar Rily menahan diri untuk tidak bergetar.
"Kenapa harus dihapus?"
Rily tertegun, ia tidak menyangka bahwa pertanyaan itu lah yang keluar dari mulut Raka. "Kenapa?" beo Rily dengan suara yang memelan.
"Iya, kenapa harus dihapus?" tanya Raka sama sekali tidak merasa bersalah.
Rily ingat, saat pertama kali ia stalking akun instagram Raka hanya ada dua foto yang dipublikasikan oleh lelaki itu. Dan sekarang Rily tahu siapa perempuan berambut panjang yang bergelombang itu, gadis itu adalah Aleta.
"Karena sekarang lo sama gue Kak, bukan sama Aleta." sahut Rily tegas. "Jadi buat apa nyimpan foto masa lalu lo? Sekarang udah ada gue, gue nggak mau lo masih nyimpan kenangan apa pun tentang Aleta."
"Tapi Aleta cinta pertama gue!" ujar Raka tanpa sadar menaikkan intonasi suaranya. "Lo kenapa sih Ril? Gue udah ceritain semuanya tentang Aleta ke lo, dan gue harap lo bisa menerima masa lalu gue."
"Gue nggak bisa," sahut Rily bergetar. "Gue nggak bisa menerima apapun tentang Aleta, gue benci dia!"
"Kenapa? Kenapa lo benci dia?"
"Karena dia, lo jadiin gue sebagai pelampiasan kan?" Rily menatap nanar Raka. "Gue nggak bisa terima apa pun tentang Aleta, dan gue mohon banget hapus foto itu."
"Kenapa harus dihapus? Itu cuma foto, gue nggak mau."
"Cuma foto?" Rily terdiam sesaat. "Kalau gitu publis aku di akun sosmed kak Vian, biar semua orang tahu kalau aku pacarnya Kak Vian, bukan dia!"
"Enggak."
Rily mengepalkan tangannya. "Dari awal sampai akhir, aku memang nggak pernah menang sama masa lalu Kak Vian, kan?"
"Terserah kamu."
"Aku nggak punya harga diri banget ya? Kak Vian udah minta putus sama aku, tapi aku ngemis-ngemis ke Kak Vian buat ngasih aku kesempatan." Rily mengusap pelupuk matanya yang berair. "Dan sekarang Aleta kembali, dia pulang dan pergi sekolah bareng Kak Vian, ke kantin bareng sama Kak Vian. Dan aku nggak permasalahin itu karena aku pikir kalian cuma teman."
Rily menatap kedua bola mata Raka. "Kak Vian pernah nggak sih, mikir gimana sakitnya aku ngeliat orang yang aku sayang ketawa bareng perempuan lain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Hurt Me!
Teen FictionDi sebuah taman yang tampak tidak terawat, daun-daun kekuningan bunga yang gugur berjatuhan di atas rerumputan hijau yang basah terkena tetesan rintik hujan. Angin bertiup semakin kencang, sosok gadis berambut sebahu itu menangis sengungukan di bawa...