Two

4.2K 560 45
                                    

Pagi-pagi, Haechan mengetuk pintu kamar Renjun hingga pemuda itu terbangun. Kemudian tak lama Renjun muncul. Dia menguap dan mendelik sebal, mengumpati pria yang bertelanjang dada itu, "Apa?! Kau mengganggu tidurku!"

"Aku lapar," lirihnya.

Sebelah alis Renjun tertarik ke atas. "Lalu?"

"Ya aku lapar, jadi buatkan aku makanan."

Renjun terperangah, lalu terkekeh tidak percaya. "Kau hanya orang asing yang terpaksa aku tolong karena kau sekarat! Dasar pria tengik tidak tahu diri!"

Begitu pemuda Huang berjalan ke kamar mandi, Haechan berdiri di depan pintu, menghalanginya masuk. Wajah pria itu mengenaskan dengan lebam keunguan.

"T-tapi aku benar-benar lapar," katanya. "Ayolah ... jika aku membuat makanan sendiri, dapurmu akan berantakan, dan mungkin terjadi kebakaran."

Namun, Renjun tidak acuh. "Minggir!"

Haechan mendengus. "Terapkan rasa manusiawimu. Seseorang di hadapanmu sedang kelaparan. Kau mau aku mati di apartemenmu lalu menghantuimu?"

"Aku lebih mengharapkanmu mati daripada membuatkanmu makanan," balas Renjun bengis. "Ck, minggir! Aku kebelet pipis tahu!"

Maka, pria berkulit tan itu menarik tubuhnya. Bunyi bedebum yang begitu keras menyentaknya. Haechan berdeham kala terdenga suara pipis Renjun dari dalam kamar.

"Y-ya, kalau begitu jangan salahkan aku jika sebentar lagi pemadam kebakaran datang!"

Dengan lancang dan tidak tahu malu, Haechan membuka kulkas di dekat meja makan. Dia menggeledah semua isinya, ada beberapa butir telur, lalu sayur-sayuran yang tidak dia ketahui namanya.

Karena kurang yakin, jadi Haechan hanya mengambil satu telur. Dia melangkah ke kompor, mengambil wajan yang tergantung di atasnya.

"Tuhan Yesus, tolong lindungi aku."

Setelah berdoa sesaat, Haechan memberanikan diri untuk menyalakan kompor. Namun, beberapa kali dia mencoba, api tidak juga muncul.

Sebab penasaran, wajah Haechan maju. Tangannya kembali mencoba menyalakan kompor. Tak! Tubuhnya spontan mundur dengan jantung berdegup kencang. Tadi, kobaran api muncul di depan wajahnya dekat sekali!

Lalu, kelontang wajan jatuh akibat dia tidak sengaja menyentuh gagangnya.

"APA YANG KAU LAKUKAN?!"

Pemuda Huang bergegas mematikan kompor. Memang tidak ada yang salah, tetapi suara berisik dan wajah ketakutan Haechan membuatnya panik.

"A-aku ingin menggoreng telur," jawab gemetar pria tan.

Hela napas dongkol dihembuskan. Renjun berupaya meredam emosinya. "Sana duduk saja, biar aku yang memasak. Bisa-bisa kau menghancurkan apartemenku lagi!"

Tanpa bantahan, Haechan menurut. Dia duduk di meja makan sembari memerhatikan Renjun di dapur, memasakkan sesuatu untuknya.

Dilihat-lihat, Renjun berubah banyak. Meskipun pria tulen, tetapi di matanya, wajah pemuda Huang lebih mengarah pada cantik ketimbang tampan. Oke, barusan dia mengakuinya.

"Omong-omong, aku menyukai telur setengah matang dengan roti san mayonese."

Pemuda itu mendelik. "Banyak mau, dasar tengik!"










TBC








When We Meet Again - HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang