Four

3.6K 508 23
                                    

Kedatangan Hyunjin ke apartemannya memberi kabar bahwa malam ini Renjun memiliki pekerjaan dengan temannya. Duh, senangnya mendapat job lagi!

"Apa kau lihat-lihat?!" Ingin sekali Renjun memukulkan remot TV di tangannya ke kepala Haechan. Pria itu saaangat menyebalkan! "Pergi sana! Kau sudah sembuh, 'kan!"

Haechan terdiam. "Pergi ... ke mana?"

"Pergi, ya, pergi! Keluar dari apartemenku!" Bentaknya.

"Tapi aku tidak memiliki tempat tinggal," balas pria tan denga nada melas.

"I don't fucking care," balas Renjun santai. "Asal kau tahu, tingkahmu yang seakan pura-pura melupakan masa lalu membuatku muak. Ingat, aku adalah orang yang dulu kau bully."

Tidak mudah bagi Renjun mengabaikan rasa sakitnya saat bertemu lagi dengan Haechan. Setelah terpaksa menolong, pria itu bahkan kembali memperlakukannya semena-mena.

"Itu, aku ... minta maaf," dengan segala penyesalan, Haechan mengutarakan isi hatinya. Dia sampai berlutut di hadapan Renjun. "Sungguh, maafkan aku. Saat itu kita masih sangat belia. Yang aku tahu, aku membencimu karena kau berwajah jelek, gendut, culun, bodoh, dan penyuka sesama jenis."

Renjun mendengus. Daripada memohon maaf, ujaran Haechan lebih mengarah ke menghinanya.

"Ya, aku bodoh. Tapi jika kau merasa pintar, seharusnya otakmu tidak pernah berpikir untuk melakukan hal-hal buruk padaku!"

Pria itu tidak tahu kesulitan apa yang dia hadapi. Akibat perundungan yang tidak kunjung berhenti selama tiga tahun, Renjun merasa trauma hingga tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA.

Lalu kedua tangannya ditarik. Renjun melotot kaget. Barusan Haechan mengecup telapaknya bergantian. "A-apa yang kau lakukan?!"

Haechan tersenyum tipis. Meskipun lebam-lebam mewarnai wajahnya, dia masih kelihatan tampan. "Saat ujian nasional, aku berniat meminta maaf, namun kau tidak hadir. Besoknya, kau juga tidak datang sampai guru memberi tahukan bahwa kau tidak lagi bersekolah."

Kembali, kedua telapak tangannya dikecup lembut, membuat Renjun tidak fokus. "Hingga kini, aku merasa bersalah. Hidupku tidak tenang karena belum mendapat maaf darimu."

Tunggu, perut Renjun tiba-tiba mulas. Bukan dia ingin buang air besar, melainkan karena permintaan maaf Haechan yang dilakukan dengan manis. MANIS?!

Tersadar akan sesuatu, Renjun menarik lepas tangannya, kemudian dia menampar pria itu. "D-dasar tengik! Pergi sana!"

Haechan memegang pipinya. Terasa perih dan panas, lebih sakit sebab tamparan tadi mengenai luka di sudut bibirnya.

"Kau ... tidak memafkanku?"

Renjun gelagapan. Emosinya tidak terkontrol dengan baik. "A-aku memaafkanmu! Sekarang pergi dari sini, aku tidak ingin melihat wajahmu lagi!"

Penerimaan maaf yang tidak ikhlas hanya supaya Haechan segera keluar dari apartemennya. Tugas Renjun sudah selesai. Dia merasa sudah bersikap manusiawi karena menolong Haechan, terlepas dari apakah pria itu sudah sembuh atau belum.

Halah, persetan! Haechan tidak sekarat!




TBC





When We Meet Again - HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang