Nine

2.9K 450 41
                                    

Belum lama ini, Haechan bekerja menjadi tenaga pengangkut barang di sebuah pasar yang tidak jauh dari kawasan apartemen. Akhirnya, dia bisa memberikan uang untuk Renjun—walau tidak seberapa dari gaji pertamanya—sebagai penangkal pengusiran secara tiba-tiba yang dilakukan oleh Renjun.

Kian hari, mereka bertambah akrab. Pemuda Huang seolah berdamai dengan masa lalunya dan mencoba berteman biasa demi terangkainya hubungan simbosis mutualisme yang sempurna. Meskipun labih banyak bertengkar, anggap saja sebagai bumbu penyedap dalam hubungan pertemanan mereka.

Pulang hampir pukul sebelas malam, Haechan tidak lagi heran melihat sepasang sepatu asing berada di rak dekat pintu. Bukan Hyunjin, melainkan pria yang menyewa lelaki itu untuk sekadar bertamu, atau ... berhubungan badan.

Haechan menutup pintu kamar Renjun. Sudah tiga kali ini dia memergoki pemuda Huang tidur bersama pria yang menyewanya. Sedikit iri, sebab Renjun kerap memarahinya ketika dia ingin terlelap dalam ranjang tersebut, bahkan duduk saja tidak diperbolehkan.

Sebenarnya tidak masalah, toh itu adalah pekerjaan Renjun. Tapi, kenapa hatinya mendadak tidak suka begini, huh?

"Sial, aku tidak sanggup mendengar suara-suaranya." Maka, malam itu Haechan menginap di apartemen Hyunjin dan menceritakan keanehan dalam dirinya.


***




"Ya, semalam kau lembur sampai tidak pulang?"

Pertanyaan Renjun menjadi sambutan paling menyebalkan bagi Haechan di pagi ini. Masalahnya, emosi marah yang dia rasakan semalam belum rampung!

"Lee Haechan, aku bicara padamu!"

Namun, mata bergulir sinis. Haechan total mengabaikannya. "Aish, si tengik itu benar-benar menyebalkan!"

Karena Renjun juga telanjur kesal mendapat perlakuan dingin dari Haechan, saat sarapan berlangsung pun keduanya sama-sama diam. Tidak ada komentar pedas dari pemuda Lee terkait telur gulung miliknya yang sengaja Renjun masak sampai gosong.

"Kau memiliki uang? Kita patungan untuk belanja bulanan."

Haechan memandangnya sekilas. "Butuh berapa?"

"100 won. Selebihnya biar aku yang menambahkan."

Tidak butuh waktu lama, Haechan langsung mengeluarkan uang dari sakunya ke hadapan Renjun. Namun, dia hanya menyerahkan setengahnya saja.

"Aku yakin kau memiliki banyak uang saat ini, Renjun-ssi. Bayaranmu semalam sangat tinggi, bukan?"

Haechan terkekeh melihat Renjun tampak terdiam, tersinggung karena ucapannya. "Pasti mahal sekali, ya. Untuk menyewamu, aku harus mengumpulkan uang lebih dulu. Aku juga ingin mencicipi tubuhmu, omong-omong."

Tidak mendapat balasan dari pemuda Huang, Haechan bangkit. Sebelum membawa piring bekas makannya ke wastafel, dia berkata, "Aku tidak tahu apa motifmu membuatkanku makanan gosong. Tapi, aku menikmatinya. Terima kasih."

Tanpa pamit, Haechan keluar apartemen. Dia ingin mencari uang tambahan supaya bisa menyewa Renjun. Menarik juga kalau sampai dia benar-benar terjerat pada laki-laki.

Sedangkan Renjun, pemuda itu masih bergeming. Ucapan Haechan tadi membuat jantungnya berdegup sakit, dongkol pada dirinya sendiri sebab tidak dapat membalas dengan keji.

"Sial. Aku tidak sabar menunggu hari di mana kau akan menyewaku, Lee," katanya, sembari mengepalkan tangan.









TBC





When We Meet Again - HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang