Ten

3K 444 17
                                    

"Selamat datang—" Baik Renjun dan Haechan, keduanya sama-sama memelototkan mata.

"Kau! Kenapa kau di sini?!" Pemuda Huang bertanya tidak santai. Dia terkejut lantaran Haechan mengenakan seragam karyawan, berdiri di belakang meja kasir.

"Tentu saja bekerja! Matamu buta?"

Renjun menggeram. Siaaal! Dari banyaknya minimarket, mengapa Haechan harus bekerja di toko langganannya?! Dia masih kesal pada pria itu yang merendahkan harga dirinya tadi pagi.

Menghentakkan kaki, Renjun berseru, "Batal belanja! Tidak sudi aku dilayani olehmu! Dasar tengik!"

"Siapa juga yang mau melayanimu, heh? Dasar jelek!" Balasnya, tidak mau kalah. "Sana pergi dan cari toko yang lain! Kau sudah merusak hari baikku!"

Bibir Renjun maju, mencebik sebal. Kalau saja mereka berada di apartemen, dia pasti dengan senang hati meladeni pertengkaran. Sembari keluar dari toko, Renjun mengacungkan jari tengah pada Haechan, lalu terkekeh ketika pria itu juga melakukan hal yang sama.

***

Makan malam telah tersaji. Biasanya, Renjun tidak perlu menunggu Haechan pulang untuk membuat perutnya kenyang. Namun, entah mengapa kali ini dia rela menahan lapar demi pria tengik itu.

Saat Haechan kembali, Renjun berpura-pura tidak peduli. Memfokuskan pandangan ke televisi sementara dia masih duduk di bangku meja makan seorang diri.

"Kau sudah pulang," katanya.

Haechan tersenyum kecut. "Menungguku?"

"Tidak akan pernah!"

Balasan ketus pemuda Huang mengundang tawa. Haechan menaruh sepatu di rak, kemudian pergi ke kamar mandi. Setelahnya, dia duduk di hadapan Renjun.

"Makanannya sudah dingin. Maaf karena aku pulang terlambat. Tadi ada sedikit urusan," ujar pemuda Lee, menatap Renjun dengan tulus.

"Urusan apa?"

Kentara nada penasaran, Haechan membalas sembari menggoda, "Yang jelas, ini bukan masalah percintaan. Aku tidak memiliki seseorang di hati."

Mata Renjun mengerjap bingung. "Apa maksudmu mengatakannya padaku?'

Haechan menggeleng. "Tidak ada. Aku hanya memberi tahumu," jawabnya, "Sudahlah, lebih baik kita makan. Kimchi Jjigae membuat perutku keroncongan. Terima kasih dan selamat makan!"

Di balik wajah merengutnya, Renjun diam-diam merasa bahagia. Tidak sia-sia dia menunggu Haechan karena pria itu sempat memuji masakannya, juga meminta dibuatkan lagi menu yang sama di lain hari.

Selesai makan, Hyunjin datang. Pemuda Hwang mengajak Renjun pergi ke kelab lantaran ada seseorang yang ingin menyewanya malam ini. Mendadak sekali, tetapi Renjun tetap menyetujui.

"Aku ikut," Haechan mengajukan diri, "Aku bosan di apartemen. Sendirian pula."

Renjun memandangnya dengan kening berkerut. "Kau tidak lelah? Istirahat saja, kau, 'kan baru pulang bekerja."

"Tidak. Aku tetap ingin ikut!" Ujar Haechan bersikeras. "Ayo berangkat!"

Namun, kaosnya ditarik. "Tunggu, um ... kau tidak mandi dulu? Kau bau badan. Di sana akan ada banyak orang."

Haechan mengendus tubuhnya sendiri. Benar, dia bau keringat. Kulitnya terasa lengket juga. "Baiklah, aku mandi dulu. Kalian jangan meninggalkanku!"

"Oke, kami tunggu," tandas Hyunjin. "Jangan terlalu lama menggosok badan. Partner Renjun sudah tiba di sana."

Mendengarnya, pemuda Lee mendengkus keras. "Biar saja dia menunggu supaya tidak jadi menyewa!"






TBC





When We Meet Again - HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang