Eleven

2.9K 445 25
                                    

Hari berganti semakin cepat. Setelah malam di mana Haechan melihat sendiri bagaimana Renjun dibawa oleh seorang pria stranger yang menyewanya, dia sadar rasa ingin membunuh pria itu disebabkan karena cemburu. Dia cemburu pada pria yang lagi-lagi berhasil membawa Renjun ke ranjangnya.

Entahlah, Haechan sendiri tidak yakin jika dia tertarik pada pemuda. Sebelum-sebelumnya dia hanya berkencan dengan wanita, dan merasakan hal seperti ini menurutnya tidak wajar. Sungguh menekan batinnya sebab otak berharganya memikirkan Renjun terus-terusan.

"Haechan, ini." Hyunjin datang menyerahkan seporsi ramen matang untuknya. Dia sedang makan malam di minimarket dengan Hyunjin yang kembali mentraktirnya.

"Terima kasih."

Haechan membuka onigiri, lalu mencampurkannya dengan ramen. Diaduk sebentar sebelum melahap dengan keadaan asap mi mengepul tebal. Melihat itu, Hyunjin memukul belakang kepalanya. "Masih panas, bodoh. Kau mau lidahmu melepuh?"

Mendecakkan lidah, mau tak mau Haechan menunggu sembari mulutnya meniup-niup makanan. Dia sudah sangat-sangat lapar! Omong-omong, sekarang pukul sepuluh. Renjun belum kembali sejak tadi sore.

"Haechan, ada yang sedang kupikirkan tentangmu."

Si pemuda tan menoleh terkejut. Agak merinding ketika Hyunjin menatapnya dengan wajah serius. "Jangan! Aku tidak menyukai laki-laki sepertimu, Hyunjin. Oh, ini mengerikan!"

"Hei, kau pikir aku tertarik padamu? Bangsat, menggelikan!" Lantas Hyunjin mendengkus, memakan ramennya setelah ditiup beberapa kali. "Aku hanya sedang berpikir. Sampai kapan kau tinggal di apartemen Renjun?"

"Memangnya kenapa? Aku ikut membayar sewa dan melakukan pekerjaan rumah. Apa aku masih dianggap pria tidak tahu diri?"

"Um ... bukan begitu." Hyunjin melempar pandangan ke jalan. Gerimis mulai turun dan orang-orang menjadi berlarian di luar sana. "Tempo hari lalu, Renjun memberi tahuku. Dia tidak nyaman dengan kehadiranmu. Itu mengganggu pekerjaannya."

Hyunjin bukan keceplosan. Dia sengaja mengatakannya karena ini juga menyangkut ikatan bisnis antara dia dan pemuda Huang. "Jangan tersinggung. Renjun merasa begitu karena dia benar-benar tidak enak padamu. Kau mengetahui pekerjaan kotornya. Kau juga sering melihatnya membawa pria ke apartemen. Hanya itu."

Haechan tersenyum miris. Hatinya berkedut. "Jadi, dia benar-benar mengatakannya padamu? Secara tidak langsung, dia ingin aku pergi, 'kan?"

Tidak ada jawaban dari Hyunjin. Namun, Haechan mengerti makna yang tersirat dalam ucapannya. Renjun menginginkan dirinya pergi aga dia lebih leluasa bekerja. Begitu, 'kan?

Lalu, Haechan buru-buru menghabiskan makanannya. Setelah selesai, dia berterima kasih pada Hyunjin dan pamit pergi lebih dulu. Namun, pria itu menahannya. "Sedang hujan, tunggulah sebentar lagi."

"Tidak masalah," balasnya, mengabaikan kekhawatiran Hyunjin. Lantas, dia berlari menerjang air yang turun deras ke bumi. Baru beberapa meter, namun badannya sudah basah kuyup. Itu dingin, dan sangat menjengkelkan karena dia sedang tergesa-gesa kembali ke apartemen.

Renjun sudah pulang. Haechan melihat sepatunya di sisi pintu. Persetan dengan air yang menitik ke lantai, Haechan membuka kamar pemuda itu sedikit keras. Wajahnya datar.

"Hei, apa yang kau lakukan?!" Teriak Renjun marah. Untungnya, dia sudah selesai berganti baju. Akan tetapi, melihat raut wajah Haechan, Renjun mengernyit. Pria itu datang dengan tidak biasa.

Mendekat, pemuda Lee meraih pinggang Renjun. Menekan tubuh kurus itu dengan cengkraman tangan kuat. "Katakan, apa kau tidak senang aku tinggal di sini?"

Namun, pemuda Huang mengabaikan pertanyaannya. "Haechan, lepas. Kau dingin." Dan menakutkan.

"Jawab aku, Renjun. Kau menginginkanku pergi?"

Tidak ada kata 'ya' maupun 'tidak' yang terlontar. Tidak pula anggukan kepala sebagai jawaban. Renjun cuma diam di rengkuhan Haechan. Dia terlalu syok akan perilaku pria itu yang mendadak mengerikan. Mengingatkannya pada masa-masa silam.

"Baiklah, sepertinya memang benar." Haechan merogoh saku celananya, mengeluarkan dompet yang kemudian dia lemparkan ke kasur. "Malam ini, layani aku. Aku membayar mahal untuk tubuhmu."




TBC

When We Meet Again - HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang