"Haechan, kemari sebentar."
Pemuda Lee duduk di sisi Johnny. Sif kerjanya dimulai satu jam lagi. Dia pikir, tidak ada salahnya terlambat sedikit demi menanti apa yang akan dibicarakan pria Seo itu.
"Beberapa waktu lalu, Mingyu datang ke barku. Dia mencarimu, tetapi kujawab tidak tahu. Aku memang tidak tahu tempat tinggalmu, 'kan." Johnny terkekeh. Menyebut Mingyu, pria itu merupakan saudara kandung Haechan yang sangat menyayangi adiknya. Namun, yang disayang seolah tidak tahu diri.
"Mingyu mengkhawatirkanmu. Segera hubungi dia jika tidak ingin aku yang melalukannya." Seperti yang pernah dikatakan, Johnny sudah menganggap Haechan saudaranya sendiri.
Dia pertama kali bertemu Haechan ketika pemuda itu mendatangi bar miliknya untuk bertanding casino, namun berakhir kalah. Haechan digebuki, untungnya Johnny dengan sikap ramah datang menolong untuk membayar kerugian klien Haechan agar mereka menyerahkan pemuda itu. Singkat cerita, keduanya menjadi akrab. Haechan juga mengembalikan uangnya walaupun dari hasil berjudi.
Haechan pernah bilang keluarganya sedang tidak baik-baik saja. Ayahnya yang merupakan seorang aparatur negara terlibat kasus korupsi dan menjadi tersangka. Kemudian, sang ibu yang tiba-tiba pergi entah ke mana usai berita keburukan suaminya dipublikasikan ke media.
Karena hal itu, Haechan sempat tinggal dengan Mingyu yang sudah memiliki keluarga. Namun, eksistensinya sebagai anak koruptor membuat Haechan kabur-kaburan hingga menghindari kuliah. Dia pun malu. Uang yang dia pikir murni dari kerja keras sang ayah, ternyata hasil dari memakan uang rakyat.
"Temui dia sebentar. Kau tidak tahu seberapa khawatir raut wajahnya saat dia datang ke bar," lanjut Johnny sambil menepuk-nepuk bahu Haechan.
"Ya, aku akan menemuinya," putus pemuda Lee kemudian. "Aku pergi, Hyung, terima kasih atas kebaikanmu."
"Hm. Hati-hati, Boy!"
***
Dari sekian banyak ekspektasi dalam benak, Haechan tidak pernah membayangkan bahwa Renjun akan menemuinya di tempat kerja. Dia terperangah melihat pemuda Huang duduk di luar minimarket dengan satu cup ramen yang telah habis.
"Hei," Haechan menyapa lebih dulu. Tetapi, keterdiaman Renjun membuat dirinya merasa aneh. "Ada apa?"
Renjun berdiri, mendekati pria itu. "Haechan," sebutnya.
"Hm?" Jantung Haechan berdebar-debar sewaktu Renjun tiba-tiba memeluknya. Bahkan dia hanya mampu mengerjapkan-ngerjapkan mata.
Aku merindukanmu. Sial, memang. Lagi-lagi Renjun merutuki diri sendiri. Dia tidak bisa mengucapkan bisikan dalam hatinya secara gamblang di hadapan pria itu. Tidak semudah pikirannya.
"Renjun—"
Pemuda Huang melepas pelukan. "Semangat bekerja! Aku akan menunggumu untuk pulang bersama. Kau masih mau tinggal di apartemenku, 'kan?"
Kepala Haechan mengangguk kaku. Jujur sekali, dia bingung dengan situasi ini. Melihat dari betapa sendunya tatapan Renjun, dia pikir pemuda itu merindukannya. Namun, kembali, dia tidak sepenting itu untuk dirindukan pujaan hatinya. Barangkali, Haechan salah mengira.
"Ya, kita akan pulang bersama," balasnya, tersenyum tipis. Lalu Haechan melepas jaketnya untuk diberikan pada Renjun.
"Pakai ini. Banyak nyamuk." Adalah kalimat perantara untuk menyampaikan, malam semakin dingin, aku tidak mau kau sakit.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet Again - Hyuckren
Fanfiction[COMPLETED] [FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menemukan pria dari masa lalunya dengan wajah lebam tak karuan, Renjun terpaksa membawa pria itu ke apartemennya untuk mendapat pengobatan. Pria itu, Lee Haechan, adalah seseorang yang dulu mem-bully-nya habis...