Haechan melakukannya. Menjamah tubuh Renjun selayaknya pria jalang. Tidak ada pengaruh alkohol. Haechan sadar betul apa yang telah dia perbuat, namun pria itu seolah buta, gelap mata akan amarah yang menimpa dirinya. Sebab Haechan tidak terima Renjun menginginkannya pergi.
Keesokan pagi, pemuda Lee bangun lebih dulu. Dia menyiapkan sarapan bubur untuk Renjun yang dia beli di luar. Sengaja meninggalkan catatan kecil supaya Renjun sedikit menganggapnya pria baik. Haechan sadar dia sudah melakukan kesalahan, dan mungkin penyesalan akan datang ketika dia dan Renjun berada dalam satu ruangan setelah kejadian semalam.
"Hoi, Jaehyun Hyung," sapa Haechan pada pria tampan yang hanya mengenakan singlet. Dia baru sampai di tempat kerja. "Pagi-pagi sudah tebar pesona. Kau mau menggoda ibu-ibu?"
"Sembarangan," balas pria itu. "Kau lihat di sana," tunjuknya pada seorang pemuda manis di seberang toko yang tengah menjajakan buah-buahan. "Namanya Taeyong. Aku menyukainya sejak dulu. Jadi aku ingin menarik perhatiannya."
Wajah blank Haechan membuat Jaehyun terkekeh. Pemuda Lee hanya tidak menyangka jika Jaehyun juga ternyata menyimpang. Selama bekerja bersamanya, dia kira Jaehyun pria normal-melihat dari betapa rupawan tampangnya.
Tapi ... yeah, orientasi seksual seseorang tidak bisa diukur dengan visual. Buktinya, dia sendiri-yang lumayan tampan-kini mulai menyukai laki-laki. Eh ... tunggu dulu. Dia menyukai siapa? Renjun? Ck, itu tidak benar!
Hacehan menoleh lagi pada Jaehyun. "Tapi, haruskah berpakaian seperti itu? Kau tidak dingin, Hyung? Hujan turun semalaman."
"Tidak ada yang lebih dingin daripada hatinya Taeyong," sahut pemuda Jung nelangsa. Memegang dadanya, dia mendramatisir. "Sakit sekali. Kau tahu, dia mungkin membenciku karena aku terus berusaha menarik perhatiannya. Oleh karena itu, dia sering meminta kepada bosnya untuk berdagang di tempat lain."
"Dia straight?"
Jaehyun mengangguk. "Yap. Aku pernah melihat kekasihnya datang."
Haechan tercengang. "Lalu kau masih ingin mendapatkannya? Tidak ada harapan, Hyung! He's not into you!"
Pandangan Jaehyun dan Taeyong bertemu. Pemuda Jung tersenyum kecil, sementara lawannya bergidik ngeri. "Harapan akan selalu ada, Haechan. Kau tidak tahu situasi apa yang akan terjadi denganmu ke depannya. Bukankah begitu? Kau normal, mungkin saja kau akan bertemu dengan laki-laki yang membuat jantungmu berdebar. Mustahil, namun bisa terjadi."
Selanjutnya, tidak ada sahutan dari Haechan karena pemuda itu merenung memikirkan ucapan Jaehyun di balik gerak tubuhnya yang mengangkat barang. Mungkin saja kau akan bertemu dengan laki-laki yang membuat jantungmu berdebar. Mungkin ... sudah, tetapi dia tidak belum menyadari.
***
Renjun bersumpah akan membunuh Haechan ketika pria tengik itu pulang! Gara-garanya, Renjun sampai meminta bantuan Hyunjin untuk membelikan dia salep dan obat pereda mual. Pagi-pagi dia muntah setelah sarapan bubur yang disediakan Haechan. Suhu tubuhnya sedikit panas. Renjun berbaring seharian di kamar.
Hingga sore tiba dan perutnya merasa lapar, dia beranjak ke dapur, memeriksa makanan apa yang sekiranya bisa dia makan tanpa memasak. Hanya ada roti dan sosis. Renjun mengambilnya, duduk di kursi meja makan.
Selagi mulutnya mengunyah, sesuatu terasa mencekik saat bayangan panas semalam terlintas. Membuatnya tersedak, terbatuk-batuk mencari minum. Bersamaan dengan itu, Haechan pulang. Dia segera mengambilkan Renjun segelas air putih lalu duduk di sisinya.
"Caramu makan seperti orang miskin saja," cemooh Haechan sembari menepuk pelan kepala Renjun.
"Aku memang miskin!" Sungut pemuda itu, mendelik garang. "Tapi kau lebih miskin daripada aku, jadi jangan mengejekku!"
Haechan terkekeh. Dia pernah menceritakan kebohongannya pada Renjun soal dia yang sekarang tidak punya apa-apa karena pergi dari rumah. "Omong-omong, wajahmu pucat. Kau sakit?"
Saat tangannya hendak menyentuh kening Renjun, pemuda itu langsung menepis. Berkata sebal, "Siapa yang memperkosaku dalam keadaan basah?! Brengsek!"
"Memperkosa? Hei, kau juga menikmatinya! Siapa yang menyuruhku untuk menyetubuhimu dengan kasar?! Kau, Renjun!"
Saling beradu lewat tatapan tajam, keduanya memalingkan muka begitu mengingat bayangan intim semalam. Samar, muncul rona merah di pipi kedua pemuda itu.
"Aku ingin membunuhmu, Lee Haechan!"
"Ya, lakukan saat kau sudah sembuh." Haechan bangkit, lalu berdiri di belakang tubuh pemuda Huang. "Sekarang istirahat dulu. Pulihkan tenagamu agar bisa membunuhku."
Namun, Renjun menggeleng. "Aku lapar."
"Mau makan apa? Aku akan membelinya untukmu."
Lalu ujaran Haechan tersebut membuat Renjun tercengang. "Heol, yang benar?! Kau tidak sedang mengerjaiku, 'kan?!"
"Tidak, Renjun, aku serius," balasnya setengah hati. "Sekarang biar aku membantumu dulu. Setelah itu aku pergi membeli makan."
Renjun tidak percaya! Mungkinkah Haechan sedang kerasukan iblis? Sebab ini pertama kalinya Haechan bersikap manis hingga mau membelikannya makanan!
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet Again - Hyuckren
Fanfiction[COMPLETED] [FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menemukan pria dari masa lalunya dengan wajah lebam tak karuan, Renjun terpaksa membawa pria itu ke apartemennya untuk mendapat pengobatan. Pria itu, Lee Haechan, adalah seseorang yang dulu mem-bully-nya habis...