Seven

3.1K 448 23
                                    

"Ya, kau belum membayar sepeser pun biaya hidup padaku," terang Renjun, memulai percakapan dengan Haechan di siang hari setelah dia pergi dari luar menemui teman-temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya, kau belum membayar sepeser pun biaya hidup padaku," terang Renjun, memulai percakapan dengan Haechan di siang hari setelah dia pergi dari luar menemui teman-temannya.

"Aku belum memiliki uang. Belum ada yang menghubungiku untuk berjudi."

Pemuda Huang membuang napas berat. Masalah keuangan dirinya sedang krisis, sedangkan jatuh tempo pembayaran apartemen adalah dua minggu lagi. Renjun kalang-kabut. Belakangan ini orang-orang menyewanya hanya untuk beberapa jam saja.

"Cari pekerjaan lain! Berjudi itu ilegal. Kau sewaktu-waktu bisa saja ditangkap polisi," kata Renjun, membuat Haechan mengeluarkan tawa ringan. "Kau pria. Tenagamu banyak dibutuhkan toko-toko swalayan untuk mengangkat barang."

"Kau juga pria, omong-omong," kata Donghyuck, "Dan kumohon berkacalah. Pekerjaanmu tidak lebih buruk daripada aku. Menjadi pria sewaan bukankah sangat berdosa?"

Mata bergulir tajam. Sial. Dari mana Haechan tahu soal pekerjaannya? Turun sudah harga diri Renjun di hadapan pria itu. Ck!

"A-aku bukan anak Tuhan!" Balasnya gugup.

"Kau tidak memiliki agama?" Pelan-pelan, Renjun mengangguk. "It's okay. Terpenting hidupmu masih diliputi rasa kemanusiawian."

Renjun mengindahkan ucapan Haechan. Dia ikut terharu dengan sebuah kalung salib di leher pria itu—kalau saja tingkahnya tidak memancing amarah. Sebab selanjutnya, Renjun nyaris memukulkan remot TV ke kepala Haechan!

"Oh, ya, aku lapar. Kau membawa makanan?"

"Makan terus! Kau kira aku punya banyak uang, heh?!" Teriaknya, marah, "Beras mau habis! Harga bahan pangan juga semakin naik! Ah, menyebalkan!"

Setelah dipikir-pikir, sepertinya Renjun menyesal menerima Haechan di apartemennya. Semingguan ini dia yang menanggung biaya hidup pria itu! Besarnya tidak sedikit. Haechan kerap meminta makan empat kali sehari dari Renjun yang biasa makan dua kali sehari. Dasar tukang boros!

"Kalau kau ingin makan, ya, kerja! Mengandalkan berjudi saja tidak akan membuatmu kenyang!" Pemuda Huang bangkit. Dia mengeluarkan semua kekesalannya pada Haechan. "Masih untung kau masih hidup. Coba kalau mati, wah ... Tuhan akan menempatkanmu di neraka!"

Haechan terkesiap. Hari ini Renjun begitu emosional hanya karena dia meminta makan. Apakah salah? Manusia memang selalu lapar!

"Y-ya, tahu apa kau tentang surga dan neraka?"

"Kubilang, aku bukan anak Tuhan!" Renjun kembali berteriak.

"Lalu apa maksudmu Tuhan akan menempatkanku di neraka? Tidak ada yang tahu soal kehidupan selanjutnya!"

Kepala Renjun telanjur meledak. Sudah pusing masalah keuangan, ditambah kehadiran Haechan yang bagaikan parasit di hidupnya. Benar-benar sial!

"YA, LEE HAECHAN! JIKA MALAM INI KAU TIDAK MEMBAWAKAN UANG UNTUKKU, MAKA BERSIAP-SIAP SAJA, AKU AKAN MENGUSIRMU, BRENGSEK!"

Brak! Renjun menutup pintu kamar dengan kasar, mengagetkan Haechan yang kini merasa tertekan. Pokoknya, malam ini dia harus mencari uang supaya Renjun tidak mengusirnya!




TBC


When We Meet Again - HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang