Twenty-nine

2.1K 311 10
                                    

"Kang Daniel menanyakanmu," ujaran Hyunjin lantas mengalihkan fokus Renjun dari baju-baju yang sedang dia lipat. "Sepertinya dia ingin menyewamu lagi, tetapi kubilang kau sudah berhenti," lanjut si pria berambut panjang itu. Renjun menghela napas lega.

"Dia juga menghubungiku beberapa waktu lalu," sahutnya malas. "Sepertinya aku harus mengganti nomorku. Menurutmu bagaimana?"

Menanggapinya, Hyunjin mendecih. "Kenapa tidak kau blokir saja kontaknya? Lagi pula selagi dia tidak mengirimimu pesan beruntun, itu tidak masalah, bukan?"

Benar juga, pikir Renjun. Kang Daniel hanya menghubunginya sekali beberapa hari lalu, menanyakan kesibukan dirinya. Namun, entah mengapa kali ini Renjun merasa waswas. Masa lalunya sebagai pria sewaan yang belum lama dia tinggalkan membuatnya cemas. Lebih-lebih ada seseorang yang sedang dia jaga kepercayaannya, meskipun sampai sekarang orang itu belum menghubunginya kembali.

Mengingat hal tersebut, air muka Renjun menjadi murung. Perasaan sedih menguap, membuatnya terdiam, terbengong menatap kosong ke arah tumpukan baju yang belum dia lipat. Sebenarnya, apa yang terjadi pada Haechan? Mengapa dia secemas ini mengkhawatirkan pria itu?

Melihat air muka pemuda Huang, Hyunjin menarik napas dalam. "Ayo keluar. Kita makan. Kau terlihat semakin kurus. Haechan pasti tidak suka saat dia kembali dan melihat badanmu tidak berisi."

Kepala Renjun mendongak, penuh harap. "Kau yakin dia akan kembali? Bagaimana jika dia tetap tidak pulang?"

"Dia mencintaimu," ujar Hyunjin jemu, "Dan kalian berdua saling mencintai meskipun belum terikat hubungan. Tidak cukupkah hal itu menjadi kepercayaanmu bahwa Haechan pasti akan pulang?"

"Tapi ...." Renjun merenung. Dia teringat pesan suara yang dia kirimkan kemarin pada Haechan. Pria itu sudah mendengarkannya. Nomor ponselnya sudah aktif, namun tidak kunjung membalasnya. Apa ... Haechan marah? Bagaimana jika pria itu menganggap pesan suaranya serius?

"Sudah, tinggalkan dulu pekerjaanmu. Kali ini aku akan mentraktirmu makan agar kau senang." Sayangnya, Renjun tidak kelihatan ceria mendengar ucapannya. Membuat Hyunjin—lagi-lagi—menghela napas dalam. Dia menarik pergelangan tangan Renjun, sedikit menyeret pemida itu untuk mengikuti langkahnya. "Bersemangatlah. Haechan pasti pulang."

Sepeninggal mereka, televisi yang awalnya menampilkan tayangan kartun kini berubah menjadi tayangan sekilas berita. Menampilkan seorang pewara wanita yang sedang menyiarkan berita duka.

"Seorang aparatur negara, Lee Hyung Sik, dikabarkan meninggal dunia lantaran bunuh diri dengan melompat dari atas gedung kepolisian. Peristiwa ini terjadi pada pukul empat dini hari dan diketahui oleh seorang anggota polisi setelah terdengar bunyi benturan keras dari luar. Sebelumnya, Lee Hyung Sik telah dimasukkan penjara atas kasus korupsi pada Kamis kemarin."

Dalam tayangan tersebut, diperlihatkan jasad Tuan Lee dalam brangkar yang dibungkus kain putih. Darah merembes keluar dari kepalanya. Di sisi jasad itu, beberapa orang berkerumun, termasuk anak dari Tuan Lee yang menangis, menyaksikan jasad ayahnya dimasukkan ke mobil ambulance.




***



When We Meet Again - HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang