Thirty-one

2.6K 298 20
                                    

"Terima kasih sudah mengantarkanku, Daniel-ssi."

Senyum tipis ditampilkannya. Renjun menunggu hingga pria di hadapannya berbalik pergi memasuki mobil. Namun, pria itu tidak kunjung beranjak, malah semakin intens menatapnya. Renjun bingung. Haruskah dia berbasa-basi? Setelah berdeham sesaat, Renjun akhirnya bertanya setengah hati. "Kau ... mau mampir dulu? Aku—"

"Ya, aku ingin," balas Kang Daniel, memotong pembicaraannya yang belum selesai. "Aku mau buang air kecil."

Renjun mengangguk pasrah. Dia mengajak pria Kang masuk ke apartemennya. Tidak enak juga, sih, pria itu sudah baik mau mengantarnya dalam keadaan setengah mabuk. Hyunjin yang mengajaknya ke kelab malah tidak datang. Bilangnya, dia ada urusan mendadak yang membuat pria itu menghubungi Kang Daniel untuk menjaganya. Padahal, Renjun bisa menjaga dirinya sendiri.

"Aku akan membuatkanmu teh." Renjun melepas mantel, meletakkan pakaian hangat itu di kursi, lalu bergerak ke dapur. Sementara Daniel tersenyum tipis, membalas dengan ucapan terima kasih kemudian melenggang masuk ke kamar mandi.

Selagi membuat teh, pemuda Huang termenung sejenak. Rasa pengar belum hilang, dan sejujurnya, dia menahan kantuk. Sewaktu di kelab, dia sempat melihat Haechan, si pujaan hatinya yang dia rindu-rindukan. Namun, Renjun ragu. Apakah dia salah lihat? Sebab jika benar, tidak mungkin, 'kan, Haechan membiarkannya mabuk sendirian di tempat berbahaya?

Ya, itu tidak mungkin! Renjun berseru dalam hati. Barangkali dia hanya berhalusinasi dan terlalu merindukan sosok itu. Renjun menarik napas dalam. Dia selalu gelisah tiap memikirkan Haechan.

"Kau sudah selesai?" Kang Daniel mengangguk sambil mendekatinya. "Ini, tehnya. Kutinggal dulu ke kamar untuk berganti baju. Kau bisa menyalakan tivi."

Renjun meletakkan dua gelas teh di meja ruang tengah. Daniel duduk di hadapannya. Sementara dia pergi, pria itu terus mengaduk teh tersebut seraya tersenyum miring. Malam ini ... Renjun adalah miliknya. Pemuda manis itu terlalu sempurna untuk dia abaikan.

***

Beberapa saat setelah Haechan sampai di Busan. Alih-alih langsung menghubungi Renjun, dia mengabari Hyunjin lebih dahulu. Bertanya, apakah pria itu sedang bersama pujaannya? Dan Hyunjin menjawab, "Dia sedang berada di kelab. Aku akan menyusulnya, tetapi tidak yakin juga. Orang tuaku terlibat masalah. Haechan, apa kau sudah kembali? Jika, ya, tolong susul dia. Sepertinya aku tidak bisa datang."

"Ya, aku sudah kembali. Aku akan membawanya pulang," putus pria itu. Namun, betapa menyakitkannya ketika dia melihat Renjun justru berada di rangkulan pria lain. Apakah dia sudah tergantikan? Mengingat pesan yang pernah dia terima, juga pengalaman Renjun sebagai pria sewa.

Haechan ragu melangkah. Meskipun dalam hati ingin menghabisi pria yang telah membawa pemudanya pergi. Tidak bohong, keragu-raguan dan rasa sakit hati paling mendominasi dirinya daripada mendorong pria itu pergi. Jadi, Haechan memutuskan segera keluar dari sana setelah sempat melihat mereka bercumbu.

Kau tahu, itu sangat menyakitkan.




TBC


When We Meet Again - HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang