Three

3.8K 531 19
                                    

Selesai sarapan, keduanya menonton televisi dengan suasana acuh tak acuh. Renjun begitu tidak peduli dengan pria di sampingnya, sementara Haechan terus-terusan melirik pemuda itu.

Haechan kedinginan. Sejak semalam dia tidak memakai atasan. Ingin menanyakan di mana pakaiannya, namun takut Renjun akan menggalakinya. Pemuda itu seperti singa kecil saat marah yang sialnya justru lucu.

"Matamu cacingan, heh?"

Mengerjapkan mata, Haechan mengalihkan muka. "D-di mana kau simpan bajuku?"

"Sudah kubuang."

Kepalanya menoleh cepat. "Dibuang? Itu pakaianku, kau tidak berhak membuangnya!"

"Bajumu dekil dan robek-robek!" Balas Renjun berseru. "Siapa yang akan memakai pakaian jelek di musim panas seperti ini."

"Seharusnya kau cuci saja!"

Renjun mendelik garang. Dikasih hati malah minta jantung! Haechan pikir dia siapa, heh? Renjun bukan lelaki culun yang mau-mau saja disuruh apapun seperti dulu! Dia sudah memiliki keberanian untuk melawan pria itu!

"Aku kedinginan," ucap Haechan kemudian.

Memutar bola mata, Renjun fokus kembali ke tontonannya. "Coba keluar saja. Sengatan matahari akan menghangatkanmu."

"Hangat kepalamu! Panas, bodoh!"

Tubuh pemuda Huang menegang ketika Haechan dengan berani menoyor kepalanya. Si pria tengik itu minta disembelih, heh?!

"Ya!" Dia memberikan tatapan mematikan, "Kau akan mati di tanganku, Lee Haechan!"

Baru saja Renjun akan memulai pertarungan, Hyunjin datang tiba-tiba ke apartemennya. Pria itu menahan tangan Renjun yang hendak menjotos wajah Haechan.

"Hei, ada apa dengan kalian? Mengapa bertengkar?"

Renjun tidak menjawab. Dia merasa kegerahan dalam upaya menahan emosinya.

"Aku berniat meminjam baju pada Renjun, tetapi dia mengatakan tidak boleh dan marah-marah sampai mau menggebukku."

Penuturan tersebut membuat darah pemuda Huang semakin mendidih. Pria itu tidak pernah mengatakan soal meminjam baju! Wah, playing victim ini namanya.

"Renjun-ah, kau pelit sekali. Berikan saja dia kaos atau sweatermu untuk sementara," kata Hyunjin, lebih memercayai pria asing daripada temannya sendiri, "Membantu sesama manusia jangan setengah-setengah. Tuhan akan membalas kebaikanmu."

Terserah! Renjun menebalkan telinga. Dengan langkah dihentak-hentakkan, dia masuk ke kamarnya, mengambil kaos tipis nan murahan berwarna putih merayang untuk si tengik Haechan. Yah, namanya juga tidak ikhalas!

Baju tersebut Renjun lemparkan, menutupi wajah Haechan. Dia berteriak, "Pakai, lalu tutup mulutmu!"

Tanpa diketahui siapa pun, Haechan menyunggingkan senyum misterius. "Marah-marah terus," gerutunya.

"Shut the fuck up!"

Gila, belum sehari Haechan di apartemennya, namun pria itu sudah mengambil hampir seluruh emosi baiknya. Menimbulkan kedongkolan luar biasa.







TBC


Enak banget nulis work ini karena ga harus sampe 1000 kata tiap chapter 🤣

Ada ide, langsung up deh 😌




When We Meet Again - HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang