3. Selamat datang!

45.1K 4.3K 389
                                    

Alara berjalan santai masuk ke gerbang bangunan besar yang ada di depannya. Yaitu SMA Kamboja. Hari ini ia diantar oleh Pak Raden, suami Bi Wati. Raut ceria terlihat jelas di wajah Alara setelah ia melihat sekeliling. Sekolah itu sangat bagus. Di sini kah dirinya yang dulu bersekolah? Beruntung sekali ia yang belum hilang ingatan dulu.

Alara berhenti melangkah. Ia mengamati setiap sudut sekolah. Lapangan yang luas, taman dan sebagainya. Setelahnya, Alara lanjut melangkah. Berjalan di koridor sekolah. Terlihat sangat panjang dan ada perbelokan di ujung koridor. Entah ada apa di sana. Ia tidak tahu. Mungkin dirinya yang dulu tahu tentang seluk beluk sekolah ini.

Alara bersenandung pelan. Suasana sekolah saat ini terasa sepi, belum ada murid yang berdatangan. Mungkin hanya sekitar dua atau tiga orang saja. Dikarenakan Alara terlalu antusias untuk datang ke sekolah lebih awal hari ini. Ia sangat bersemangat. Lebih semangat lagi jika ia bisa bertemu dengan seorang cowok yang bernama dengan Kak Al. Nama cowok yang pernah ia baca di buku dan pernah ia temui di dalam mimpi. Semoga saja Alara bisa bertemu. Akan ia tanyakan ada apa dengan dirinya sehingga ia bisa koma selama beberapa bulan belakangan ini.

"Alara yang dulu hebat ya. Bisa masuk sekolah sebagus ini," ujar Alara yang terus berjalan di sepanjang koridor menuju kelas.

Langkah kaki Alara tidak terburu-buru. Masih sama. Berjalan dengan santai, dengan bibir yang terus tersenyum manis. Ia sangat senang bisa kembali ke sekolah ini. Walaupun tanpa ingat dengan siapa pun di sini. Soal kelas, Alara sudah tahu. Kemarin Bi Wati mengurus semua keperluan dan menanyakan di mana letak kelasnya kepada guru yang ada di sekolah. Entah guru mana. Alara tidak ikut waktu itu.

"Ngomong-ngomong, Alara punya temen enggak, ya di sini? Alara gak ingat apa-apa." Bibir Alara cemberut. Ia tidak bisa mengingat seorang pun di sekolah ini.

Langkah kaki Alara terhenti ketika mendengar derap langkah kaki dari belakang. Sontak ia menoleh dan mendapati seorang gadis yang terlihat berjalan ke arahnya. Alara menampilkan senyum manis, berniat untuk menyapa. Namun sayang, dirinya hanya dilewati begitu saja. Apakah gadis itu tidak melihat keberadaan Alara?

Alara masih menampilkan senyum ceria. Mungkin saja gadis tadi tidak melihatnya atau apa. Alara berlari kecil, mengejar gadis tersebut.

"Hai? Kamu sebelumnya kenal aku, enggak? Aku Alara." Alara berjalan di depan gadis itu. Ia berbalik dan merentangkan kedua tangan. Berusaha menghalangi gadis itu yang terus melewati dan tidak menoleh sedikit pun padanya.

Seorang gadis yang tengah dihalangi jalan oleh Alara mengangkat kepala. Menatap Alara dengan tatapan tajam dan penuh kebencian. Dia adalah Abela Anandita. Murid yang sekelas dengan Alara dulu dan juga merupakan sahabat dekat Alara sebelum dikabarkan hilang tanpa jejak. Ia tidak tahu jika yang di depannya itu adalah sahabatnya yang selama ini ia tunggu kedatangannya.

Seringaian di bibir Abela terbit. Ingin rasanya ia mencakar wajah sok polos yang ada di depannya itu. Saat ia akan masuk ke dalam, ia menyempatkan melihat mading. Saat itu dadanya terasa terbakar. Mengetahui jika Alara yang berdiri di depannya ini adalah Alara palsu. Orang yang sudah membuat Alara sahabatnya menghilang.

Alara mengamati gadis yang ada di depannya dengan wajah ceria. Ada sesuatu yang ia rasa. Seperti rasa rindu, namun ia tidak tahu. Apakah ia sebelumnya pernah bertemu dengan gadis yang ada di depannya itu? Wajahnya terlihat familiar bagi Alara. "Kamu siapa? Aku Alara."

Abela menatap tangan putih pucat yang terulur ke depannya. Sampai kapan pun ia tidak akan pernah menjabat tangan orang yang sudah membuat sahabatnya menghilang. Walaupun wajahnya terlihat sama, tidak membuat hatinya merasa luluh. Yang ada rasa kebencian semakin tertanam. Orang yang di depannya ini hanya tengah mencari perhatian.

Alara Bianchi (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang