Aldevano beranjak dari kamar menuruni anak tangga. Ia sudah menghubungi gadisnya beberapa kali, namun tidak di angkat dan bahkan sekarang nomor itu sudah tidak aktif. Hanya satu yang bisa Aldevano lakukan, berdoa dalam hati, semoga gadisnya itu baik-baik saja.
Langkah kaki aldevano terhenti dan berpijak pada anak tangga. Ia semakin kepikiran dan merasa cemas. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan gadisnya di luar sana? Ia takut jika tidak bisa bertemu lagi dan melepas rindu.
Tangan Aldevano mencengkram tepi tangga karena merasa marah sekaligus muak. Kenapa gadis sialan itu masuk ke kehidupan kekasihnya? Karena gadis itu, hubungannya jadi berantakan seperti ini, bahkan ia tidak bisa bertemu lagi, kecuali gadis itu benar-benar ia lenyapkan, sesuai perintah kekasihnya itu.
Aldevano berdecak pelan. Bagaimana ia bisa melenyapkan gadis sialan itu, sedangkan Saka, sahabatnya selalu berusaha melindungi. Ia sudah berusaha sebaik mungkin untuk memikirkan rencana yang berharap selalu berhasil, namun nyatanya, tidak sama sekali. Ia selalu gagal. Setiap kali ia berusaha menyakiti gadis itu, Saka selalu datang bak pangeran berkuda menyelamatkan ratunya.
"Apa gue suruh orang aja buat lenyapin tuh cewek?" gumam Aldevano.
Setelah memikirkan cara itu, Aldevano lantas menggeleng cepat. Seorang pemimpin tidak mungkin bermain busuk seperti itu. Ia kembali meyakinkan diri. Ia pasti bisa melenyapkan gadis sialan itu tanpa jejak sedikit pun.
Aldevano kembali melangkah, menuruni anak tangga satu persatu. Matanya menatap setiap anak tangga yang ia turuni, tapi tidak dengan pikirannya yang berkelana jauh, memikirkan cara yang lebih mantap lagi. Jika untuk berpura-pura baik di depan Saka, rencana itu juga tidak akan berhasil. Saka selalu mengawasi dirinya setiap saat jika sedang berada di dekat gadis itu.
"Apa sesusah ini melenyapkan cewek lemah kayak dia? Apa dia pura-pura lemah aja, karena mau ngambil simpati semua orang?" tanya Aldevano pada diri sendiri. Ia tidak begitu yakin dengan sikap yang di pasang jadi sok polos itu.
Aldevano mengedarkan pandangan, mendapati Saga yang sudah tiduran di atas sofa, sedangkan Harry dan Gerry sudah tidak terlihat lagi. Padahal waktu ia naik ke kamar atas, dua orang itu masih ada di sana.
"Tumben markas sepi." Aldevano melangkah mendekat pada Saga yang tengah tiduran.
"Sag, bangun... Gerry sama Harry mana?" tanya Aldevano seraya menggoyang lengan cowok itu dengan tubuh membungkuk.
Aldevano berdecak malas melihat Saga yang tidak kunjung membuka mata. Ia menegakkan badan, tidak ada gunanya membangunkan orang tidur seperti itu. Yang ada, menghabiskan waktu saja. Saga tidur memang seperti orang mati suri saja.
"Saka juga belum ke markas," gumam Aldevano seraya menjauh dari sana. Ia berjalan menuju pintu.
Aldevano mendudukkan diri di atas kursi, diluar markas. Tubuhnya terasa sejuk kala angin berhembus dan menerpa wajahnya. Aldevano memejamkan mata pelan dan kembali ia buka.
Mengingat tentang Saka, apa ia akan terus berdebat dengan sahabatnya itu? Aldevano tidak mengerti, kenapa Saka selalu membela gadis itu? Sudah seratus kali ia bertanya pada diri sendiri, namun ia tidak menemukan satu jawaban pun.
Aldevano tercenung kala mengingat perkataan Saka waktu itu. Cowok itu bilang, ia akan menyesal jika terus-terusan menyakiti gadis itu, gadis yang bernotabe jadi Alara palsu. Kenapa ia harus menyesal? Bukan kah bagus jika ia memberantas manusia licik seperti gadis itu?
"Lo berubah, Sak." Aldevano menghela napas lelah. Ia semakin lelah dan tidak bersemangat. Dulu Saka lah yang selalu membuat ia merasa tenang dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja.
"Dulu lo janji akan selalu ada buat gue. Tapi nyatanya? Lo lebih belain cewek sialan itu di banding gue," ujar Aldevano dengan perasaan kecewa.
Aldevano benar-benar merasa kecewa. Sahabat yang dulunya selalu ada untuknya, sudah menjauh sekarang. Bahkan, Saka juga jarang di markas. Kenapa ia selalu kehilangan orang yang ia anggap penting? Kemarin kekasihnya dan sekarang? Ia merasa kehilangan Saka. Ia kehilangan Saka yang selalu peduli kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alara Bianchi (TERBIT)
Teen FictionJANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA KARENA SEBAGIAN CERITA DI PRIVATE!! Alara Anindiya Bianchi, gadis polos penyuka es krim dan hal yang berbau dengan kucing. Seperti boneka kucing. Hidupnya yang awalnya sempurna jadi berubah drastis sejak ia kehilan...