18. Sang Penyelamat!

23.8K 2.7K 84
                                    

Setelah setengah jam kepergian Saga meninggalkan markas. Saka dan Aldevano ingin menyusul saja. Beberapa anggota sudah mulai beranjak dari sana untuk melakukan keperluan masing-masing dan ada juga pulang ke rumah karena mendapatkan panggilan dari orang rumah.

Saka meraih gelas yang sudah kosong, terletak di depan Aldevano. Ia bangkit berdiri dan membawa gelas itu ke atas meja. Ia tipe manusia yang tidak suka meletakkan barang jika bukan pada tempatnya.

Aldevano sedari tadi beranjak dari tempat Saka berada, ia mengambil jaket yang ia letakkan pada sofa. Ia segera memakai jaket itu dan memungut kunci motor yang tak jauh dari sana.

"Udah siap lo?" tanya Aldevano pada Saka yang tengah berjalan menuju ke arahnya.

"Bentar." Saka meraih jaket dan memakainya. Setelahnya ia mengangguk, berjalan mendekat pada Aldevano yang tengah mengambil helm.

Keduanya sudah siap dengan motor masing-masing. Saka dan Aldevano naik ke atas motor. Di markas ada beberapa anggota saja yang tinggal, mereka sudah berpamitan sebelum keluar dari sana.

Tidak buang waktu, Aldevano menghidupkan mesin motor dan menancap gas, begitu juga dengan Saka. Melajukan motor bersebelahan dengan motor Aldevano. Keduanya sudah beranjak, meninggalkan markas.

Kedua motor melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalanan. Motor Saka melaju di belakang motor milik Aldevano.

Aldevano memilih jalan besar untuk menuju ke rumah sakit. Biasanya kalau dulu, ia lebih suka melalui jalan yang dekat dengan rumah kekasihnya. Sejak kejadian itu, ia jarang lewat sana. Ia lebih memilih lama sampai ditujuan, jika harus melewati jalan itu, yang bisa membuat dadanya terasa sesak.

Lampu lalu lintas berubah merah. Semua pengendara yang berada di samping Saka dan Aldevano berhenti, menunggu lampu berubah warna.

"Mau balapan?" tawar Saka dengan cengengesan. Ia menatap jalanan besar yang ada di depannya.

"Kuy! Siapa takut." Aldevano melirik lampu lalu lintas yang ada dekat tiang besar. Setelahnya ia melirik jalanan di depan.

Rambu lalu lintas berubah warna. Saka dan Aldevano saling pandang dengan sebelah mata mereka naikkan ke atas. Siap melalukan balapan ala mereka berdua.

"Tu wa ga pat." Saka menghitung cepat. Ia tancap gas duluan dengan kecepatan tinggi, meninggalkan Aldevano di belakang.

Aldevano berdecak malas. Cowok itu sangat curang, bahkan ia belum bersiap sama sekali, tapi sudah dihitung duluan. Dengan malas Aldevano melajukan motor dengan cepat.

Aldevano terkekeh melihat motor Saka yang berada di depannya. Sekali ia tancap gas, motor miliknya sudah berada di samping cowok itu. "Curang lo!"

Saka tersentak mendengar teriakan Aldevano yang sudah berada di sampingnya. Sejak kapan? Padahal cowok itu sudah tertinggal jauh di belakang.

"Curang dari mana?" jawab Saka sedikit berteriak, jalanan sangat ramai, apalagi bunyi knalpot motor mereka yang memekakkan telinga.

"Jelas curang. Lo ngitung gue belum siap!" Aldevano menatap sinis Saka sekilas. Setelahnya, dengan cepat ia tancap gas meninggalkan cowok itu.

"Etdah! Gue ditinggalin."

***
Aldevano sampai di rumah sakit bersama dengan Saka. Keduanya berjalan melewati koridor panjang itu dengan cepat. Tangan Saka mulai merangkul cowok yang berjalan di sampingnya itu.

Aldevano balas merangkul pundak Saka dengan senyum tipis, bahkan sampai tidak terlihat jika ia sedang senyum. Perkara gadis itu membuatnya merasa sedikit renggang dengan sahabatnya itu. Aldevano semakin benci dengan kelicikan yang diperbuat oleh gadis yang ia anggap tidak tahu diri itu. Sahabatnya bahkan berani memukul dirinya yang biasanya tidak seperti itu. Karena gadis sialan itu, ia tersulut emosi dan ikut balas memukul sahabatnya itu berkali-kali.

Alara Bianchi (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang