Saka memarkirkan motor sport miliknya di depan markas. Ia segera turun dari motor dengan cepat. Andai saja jika bukan karena urusan penting seperti ini, Saka tidak akan meninggalkan gadis itu sendirian di sekolah. Ia sangat takut kejadian dulu terjadi lagi. Di mana sahabatnya, Aldevano menyakiti gadis itu sampai tidak sadarkan diri.
Saka berdiri di ambang pintu, melirik beberapa orang di dalam. Ia berjalan masuk dengan mencari seseorang.
"Dateng juga lo." Seorang cowok yang baru keluar dari kamar markas langsung cengengesan melihat kedatangan Saka.
Saka berjalan mendekat, menghampiri cowok yang menyuruhnya datang ke markas karena ada yang penting. Dia Raihan, anggota Black Angels.
"Mau ngomongin apa lo? Buruan, gue gak punya banyak waktu," ujar Saka berdiri di depan cowok itu.
Raihan mengambil dua botol minuman yang ada di meja belakangnya, ia berikan pada Saka. Lalu ia berjalan dan mendudukkan diri di sofa.
"Santai, buru-buru amat lo." Raihan membuka tutup minuman dan meneguknya sedikit.
Saka berdecak kesal. Ia ikut duduk di sofa, di depan cowok itu.
"Apa yang penting? Gak ada masalah kan, sama geng lain? Buruan, gue balik ke sekolah," ujar Saka tidak sabaran. Ia merasa tidak enak hati meninggalkan gadis itu lama-lama.
Raihan menoleh sambil geleng kepala. "Gak ada yang penting. Gue cuma becanda bilang ada yang penting. Gue ajak lo ke markas karena gue gabut," jawabnya dengan cengengesan.
Saka mendekat dan menoyor kepala cowok itu ke belakang. "Sakit lo. Orang sekolah lo ajak ke sini."
Raihan tergelak dan kembali meneguk minuman yang ada di tangan. "Cabut sekali-sekali, kek Saga dong," ceplos Raihan lagi.
Saka mendelik kesal. Ia letakkan minuman. Ia pikir benar-benar ada yang penting, nyatanya. Ia dibohongi.
"Gue beneran gabut. Di sekolah malah ngebosenin. Gak ada yang menarik hari ini." Raihan menidurkan diri di sofa sambil menatap lurus langit-langit markas.
Saka mendelik mendengar perkataan cowok itu. "Sekolah itu belajar. Tumben lo gabut, cewek lo ke mana?" tanya Saka, langsung ke intinya.
Raihan mendengkus mendengar pertanyaan Saka. Nyatanya, sejak minggu lalu, hubungannya mulai renggang dengan gadis yang sudah menjalin hubungan selama satu tahun lamanya, dengannya.
Raihan menoleh menatap Saka dengan wajah memelas. "Gue ketahuan minta nomer murid baru di sekolah. Sebenarnya nomer itu bukan buat gue, buat Bagas. Tapi dia malah nuduh gue selingkuh."
Saka terkekeh mendengarnya. Pantas saja Raihan terlihat gabut tingkat dewa, mengajaknya datang ke markas dalam waktu sekolah.
"Gue cuma bisa bilang..." Saka menggantung ucapannya dan segera bangkit berdiri, mengeluarkan kunci motor dari dalam kantong celana.
Raihan menoleh pada Saka yang sudah berdiri. "Mau bilang apa lo? Gue gak butuh dikasihani," ujar Raihan sol tegar, padahal dalam hati ambyar.
Saka berbalik badan. Menaikkan sebelah alis matanya ke atas. "Gue cuma mau bilang... Mampuss!"
Saka tergelak melihat wajah dongkol Raihan. Ia berjalan mendekat pada sofa satu lagi. Ia ambil bantal dan ia lempar ke wajah cowok itu.
"Kurang kerjaan banget lo." Raihan menangkap bantal yang sudah mengenai wajahnya itu.
"Lo yang kurang kerjaan. Mending gue ke sekolah, daripada nemenin cowok galau kayak lo. Amit-amit." Saka bergidik ngeri.
Raihan mendengkus kesal. Ia duduk dan melayangkan bantal yang ada di tangan ke arah Saka. Sialnya, malah meleset. Cowok itu berhasil menghindar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alara Bianchi (TERBIT)
Teen FictionJANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA KARENA SEBAGIAN CERITA DI PRIVATE!! Alara Anindiya Bianchi, gadis polos penyuka es krim dan hal yang berbau dengan kucing. Seperti boneka kucing. Hidupnya yang awalnya sempurna jadi berubah drastis sejak ia kehilan...