Aldevano mengusap wajahnya dengan kasar. Ia segera bangkit berdiri. Berada di rooftop dengan kenangan yang selalu mengusik membuat kepalanya terasa ingin meledak, ia tidak ingin terlihat seperti orang kehilangan akal duduk, tertawa pelan dan terkadang marah.
Aldevano berjalan menjauh dari sana. Berlari pelan menuruni setiap anak tangga. Saat sampai di bawah, ia berjalan santai dengan tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana. Wajah muram ketika rasa rindu melanda ia ganti dengan wajah datar. Ia tidak ingin semua orang mengetahui kelemahan dirinya. Lemah jika menghadapi rindu dan kenangan yang terus mengusik.
Langkah kaki Aldevano terhenti ketika melihat seorang gadis berjalan pelan menuju ke kelas. Ia tersenyum miring. Tidak menunggu waktu lama, ia berlari pelan menuju kelas gadis itu. Tak ia sangka akan di pertemukan kembali.
Aldevano celingukan kanan kiri. Mencari keberadaan Saka di sana. Ia kembali tersenyum miring, pengawal gadis itu tidak ada di sana. Dengan begitu, ia bisa memperlakukan gadis itu seperti yang ia mau. Ia bisa memuaskan diri dengan cara menyakiti gadis itu kembali.
"Tikus kecil kembali masuk kandang. Kucing siap mencakar diri lo sampai habis-habisan!"
Aldevano menggeram kesal ketika murid perempuan di sana dengan terang-terangan mencuri pandang ke arah dirinya. Ia benci dilirik, ia benci diberi senyum, ia benci semua perempuan kecuali gadisnya, Alara Anindiya Bianchi. Hanya senyum dan pesona gadis itu yang bisa meluluhkan hati dan sikap dinginnya.
Tatapan tajam yang dilempar Aldevano membuat para murid perempuan di sana jadi menunduk. Mereka kembali sibuk bercengkrama dan menatap hujan. Jika terus -terusan menatap cowok itu, bersiaplah untuk dapat masalah.
Aldevano membuka sedikit jendela bagian ujung kelas itu. Ia mengedarkan pandangan. Saat matanya tertuju pada seorang gadis yang tengah duduk sendirian di atas bangku, ia langsung tersenyum licik. Ia semakin kesenangan ketika mendapati kelas itu tidak ada guru yang mengajar.
"Kena lo sekarang!" Aldevano melepaskan genggaman pada jendela. Ia berdeham dan berjalan masuk ke dalam kelas.
***
Alara lagi-lagi menghela napas pelan. Di luar hujan terdengar semakin deras. Kain gorden jendela tersibak oleh kencangnya angin yang berembus. Ia menggosok lengan, terasa semakin dingin.Alara melirik jam kecil yang melingkar di pergelangan tangan. Bel pulang sekolah masih lama berbunyi. Tidak di sekolah, tidak di rumah, ia selalu sendirian.
"Kak Saka masih lama engga, ya?" ujarnya bermonolog sendiri. Ia kembali menopang dagu dengan mata tertuju pada pintu kelas, menunggu kehadiran cowok baik itu.
Seseorang yang muncul dari luar sana membuat tubuh Alara meremang. Ia segera menunduk dan bergeser duduk ke pojok dinding. Kenapa cowok jahat itu datang lagi? Alara menjadi ketakutan. Kak Saka bantuin aku, batin Alara dengan panik.
Aldevano bersedekap dada, berdiri di depan pintu. Semua pandangan murid di sana ia acuhkan dan tidak ada yang berani mengusik kedatangannya.
Aldevano tersenyum miring ketika melihat raut dan gelagat dari gadis itu. Kedatangan dan kehadirannya di sana tentu seperti malaikat maut bagi gadis itu. Namun ia tidak peduli. Akan ia buat gadis itu hancur dengan pembalasan yang akan ia berikan.
"Mari bermain-main!" Aldevano melangkah lebar mendekati gadis itu. Sampai di sana, ia gebrak meja membuat gadis sok polos ini tersentak karena ulahnya.
"Nga-ngapain kamu ke-kesini lagi?" cicit Alara pelan, ia masih menunduk dengan sebelah tangan meremas rok dengan kuat.
Abela menatap dua orang itu tanpa minat. Ia tidak berniat ikut campur jika Aldevano yang bertindak. Lagian, itu balasan yang pantas buat orang yang sudah berani mengusik ketenangan cowok itu. Karena gadis sok polos itu, Abela jadi kehilangan sahabat terbaiknya. Ia mendukung Aldevano buat menyakiti fisik dan mental gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alara Bianchi (TERBIT)
Teen FictionJANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA KARENA SEBAGIAN CERITA DI PRIVATE!! Alara Anindiya Bianchi, gadis polos penyuka es krim dan hal yang berbau dengan kucing. Seperti boneka kucing. Hidupnya yang awalnya sempurna jadi berubah drastis sejak ia kehilan...