15. Yang Mereka Cari?

25.4K 3K 103
                                    

Saka masuk ke dalam UKS, membaringkan tubuh lemah gadis itu dengan perasaan kalut. Darah yang terus mengalir di hidung serta memar di beberapa bagian tubuh gadis itu, membuat dirinya semakin berada dalam masalah.

Seorang perempuan yang keluar dari bilik kecil mengalihkan tatapan Saka dari gadis yang tengah tak sadarkan diri itu. Perempuan itu seakan mengerti dengan tatapan Saka yang meminta bantuan, ia segera mendekat pada brankar.

"Lo yang bertugas sekarang? Lo bisa sembuhin dia?" tanya Saka pada perempuan itu, ia kenal karena ia satu kelas dengan perempuan itu. Ia lirik Alara yang terlihat sangat berantakan.

"Dia kenapa? Banyak memar sama mimisan," jawab Erika, nama perempuan itu, seraya menatap Alara dengan lekat. Ia baru kali ini melihat keadaan murid separah itu.

"Dia kehujanan trus pingsan," bohong Saka dengan mata yang menatap Alara penuh rasa bersalah.

"Gue gak yakin bisa bikin dia sadarkan diri. Tapi gue coba dulu." Erika berjalan menuju kotak obat, mengambil minyak angin yang terletak di dalam kotak itu. Ia kembali mendekat pada Alara.

Saka berjalan dan berdiri di sisi kanan Alara. Mengamati Erika yang mengoles minyak angin ke kening gadis itu. Saka tidak ingin berdiam diri, maka ia ambil minyak angin itu dan menumpahkan sedikit pada tangan. Ia gosok dan memberikan pada telapak tangan Alara.

"Mimisan dia susah berenti," ujar Erika menatap Saka. Ia ambil tissu lagi dan menyeka darah yang keluar dari hidung gadis itu.

Saka semakin cemas. Wajah gadis itu semakin pucat. Bahkan kantung mata gadis itu semakin terlihat membiru, begitu juga dengan memar di beberapa bagian. Semakin terlihat jelas.

"Mending gue bawa pulang. Dia harus ganti seragam." Saka tersadar bahwa seragam gadis itu basah. Mungkin karena itu Alara tidak bisa sadarkan diri, walaupun dengan bantuan minyak angin sekalipun.

"Lo bener. Lo tau alamat rumah dia?" tanya Erika seraya meletakkan tissu ke tepi meja. Ia lirik hidung Alara yang darahnya tak kunjung berhenti. "Kita anter, gue bawa mobil."

Saka mengangguk menurut. Ia juga butuh mobil untuk membawa gadis itu pulang. Dengan cepat ia berjalan mendekat pada sisi brankar. Erika bergeser, memberi jalan untuk Saka mengangkat dan membawa tubuh gadis itu dalam gendongan.

"Lo duluan. Gue nyusul." Erika membuka pintu UKS dengan cepat. Setelah Saka keluar, ia berjalan cepat meraih kunci mobil yang terletak di atas meja, setelahnya keluar dari sana menyusul Saka.

Saka dan Erika sampai di parkiran. Perempuan itu berlari beriringan dengan Saka. Tangan Erika terangkat untuk melindungi wajah gadis itu dari air hujan. Setelah sampai di dekat mobil, segera Erika membuka pintu dan membantu Saka membaringkan gadis itu di kursi belakang.

"Lo nyetir. Gue jagain dia." Erika memberikan kunci mobil miliknya ke tangan Saka. Ia berlari menuju pintu sebelah kiri.

Saka masuk ke dalam mobil. Erika sudah berada di kursi belakang, duduk di tepi gadis yang tengah tidak sadarkan diri itu. Tangan Erika terulur untuk terus menyeka darah yang terus keluar.

Saka melajukan mobil keluar dari parkiran. Pikirannya saat ini begitu kalut dan cemas. Ia takut terjadi apa-apa pada gadis itu, sedangkan ia belum mengusut kasus yang akan ia cari tahu kebenarannya.

Mobil melaju membelah jalanan yang tidak begitu ramai. Saka melirik sekilas dua orang yang ada di kursi belakang. "Ka, gimana? Udah berenti?" tanya Saka.

"Belum. Wajah dia tambah pucet. Lo yakin dia cuma kehujanan?" tanya Erika memastikan, membuat Saka terdiam.

Erika menatap punggung Saka dalam diam. Ia tahu cowok itu tengah menyembunyikan sesuatu darinya. Terlihat begitu jelas jika cowok itu berbohong. Dan Erika juga tahu, gadis dalam dekapannya kali ini tidak hanya kehujanan. Ia sudah lama merawat dan menangani jika ada murid yang tengah demam, pusing dan pingsan. Tidak ada yang sekacau gadis mungil di dekatnya itu.

Alara Bianchi (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang