6. Mimpi dan Lapangan Basket

29.6K 3.3K 152
                                    

Alara naik ke mobil hitam yang sudah terparkir di depan gerbang sekolah. Mobil jemputannya. Ia menutup pintu dan sedikit menurunkan kaca yang berwarna gelap itu, Ia menoleh ke arah parkiran. Terlihat di atas motor sport hitam seorang cowok yang menyelamatkan dirinya waktu di koridor sekolah.

Alara menurunkan kaca sepenuhnya sebelum mobil melaju meninggalkan parkiran sekolah. Sesaat tatapan mereka beradu, Alara senyum lebar dan melambaikan tangan. Setelah itu, Akhirnya mobil benar-benar melaju meninggalkan sekolah.

"Cuma Kakak itu yang baik," ujar Alara pelan nyaris tak terdengar oleh sopir yang ada di sampingnya.

***
Setelah mobil hitam itu melaju meninggalkan sekolah, Saga celingukan kanan kiri, mencari tahu siapa yang tengah dilemparkan senyum serta lambaian tangan oleh gadis tadi. Namun, di dekatnya tidak ada orang. Apakah untuk dirinya?

"Tuh cewek senyum ke gue?" tanya Saga pada diri sendiri. Setelahnya, ia menggeleng cepat. Menepis semua yang ada dalam benak kepalanya.

"Gak mungkin itu Ara. Kalo Ara, pasti dia udah tau siapa gue dan siapa Saka dan juga siapa Al. Gue yakin Al benar, dia bukan Alara yang kami tunggu kedatangannya," ujar Saga dengan sebelah tangan menarik dasi untuk dilepas.

Saga memarkirkan motor di depan pintu gerbang. Menunggu Saka dan Al tentunya. Sedari tadi ia tunggu, dua orang itu belum kunjung keluar dari dalam sekolah. Apa mungkin ada urusan lain?

"Lama banget. Gue susul ke dalam aja."

***
Aldevano keluar dari dalam kelas, yang bukan kelasnya. Sebelah tangan memegang sebuah buku paket milik seorang guru, tadinya sempat tertinggal. Ia berjalan lurus menuju kantor.

"Permisi," ujar Aldevano berdiri di depan pintu. Ia mengedarkan pandangan, mencari guru sang pemilik buku.

"Terimakasih, Aldevano." Guru paruh baya itu datang dan mengambil buku yang ada di tangan Aldevano.

"Sama-sama," jawab Aldevano. Kemudian ia berbalik badan menjauh dari sana untuk menuju parkiran. Mungkin kedua sahabatnya sudah lama menunggu.

Saat sampai parkiran, Aldevano berjalan mendekat pada motor sport merah hitam miliknya yang terparkir di antara dua motor lainnya. Ia tidak mendapati kedua sahabatnya di sana, padahal motor mereka ada di sana. Apakah kedua sahabatnya diculik orang? Atau diculik Alien?

"Si kembar pada ke mana?" Aldevano berbalik badan, menoleh ke arah dalam sekolah. Ia menghela napas lega, melihat kedua sahabatnya terlihat dari dalam sana.

"Gue pikir beneran diculik Alien."

Saka dan Saga mempercepat langkah saat melihat Aldevano sudah berada di parkiran. Sebelah tangan Saga masih setia merangkul pundak Saka, kembarannya itu. Selisih mereka cuma 30 menit. Tapi tetap saja Saka yang duluan lahir dari dirinya ke dunia ini.

"Lo tau gak, tadi, cewek yang nyamar jadi Alara tuh senyum ke gue. Senyumnya itu mirip banget sama Ara," ujar Saga ditengah perjalanan menuju parkiran.

"Kenapa dia malah senyum ke lo? Gue yang nolongin dia dari amukan singa jantan yang ada di depan," jawab Saka yang terus berjalan tanpa melepas rangkulan kembarannya itu.

"Maksud lo? Al gangguin dia lagi" tanya Saga memastikan. "Gue jadi bingung sendiri. Kok bisa, ya, oplas jadi beneran mirip begitu, gak ada beda," celetuk Saga, mengutarakan isi kepalanya.

"Justru itu. Gue juga bingung. Tapi kalo itu Alara, kenapa dia gak kenal sama Al dan sama kita? Lo mikir ke sana gak, sih?" tanya Saka melirik wajah kembarannya dari samping.

"Mikir sih. Tapi gak tau gue. Pusing."

Saka dan Saga melepas rangkulan ketika sudah sampai dihadapan Aldevano. Tampang cowok itu selalu sama seperti biasa, datar. Tapi memang, sih. Tidak mengurangi ketampanan cowok itu. Aldevano adalah cowok tertampan nomor 1 di SMA Kamboja. Tiada yang bisa menandingi itu. Apakah di sekolah kalian ada cowok seperti Aldevano? Yang ada, beruntung ya.

Alara Bianchi (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang