Alara menghela napas lega saat melihat cowok jahat itu tidak ada lagi di sana. Alara membiarkan tubuhnya merosot ke lantai, ia menekuk kedua kaki dan membenamkan seluruh wajah.
Bunyi decitan pagar balkon membuatnya tersadar. Alara mendongak. Ia terkejut bukan main. Cowok jahat itu sekarang ada di depannya. "Ka-kamu-"
Aldevano tersenyum miring melihat siapa pelakunya. Ternyata gadis itu tidak hanya mengambil peran gadisnya di sekolah melainkan mengambil alih di rumah. Benar-benar licik. "Wow, lihat! Siapa ini?"
Tubuh Alara menggigil seluruhnya. Ia segera bangkit berdiri. Berjalan mundur ke belakang. Tenggorokannya terasa sangat tercekat. Melihat wajah menyeramkan cowok di depannya ini, buat ia semakin ketakutan.
"Ja-jangan mendekat kamu," cicit Alara menunjuk wajah cowok itu dengan tangan gemetar. Langkah kakinya semakin berjalan mundur.
Aldevano menyeringai. Ia sangat benci melihat wajah gadis yang sok polos ini. "Mau ke mana lo?!" Aldevano berjalan cepat dan mencekal pergelangan gadis itu dengan kuat.
Alara terkesiap dengan perlakuan cowok kasar di depannya. Kenapa cowok itu sangat membenci dirinya. Padahal mereka cuma bertemu di sekolah saat dirinya baru pertama kali menginjakkan kaki ke sekolah itu, lagi. Apakah mereka memang musuh bebuyutan dari dulu?
"Le-lepasin. Kamu ngapain ke sini?" tanya Alara dengan suara bergetar menahan tangis. Ia berontak minta dilepaskan.
"Harusnya gue yang nanya! Lo ngapain di sini? Ini rumah cewek gue!" bentak Aldevano seraya menarik lengan gadis itu dengan kasar. Ia dorong ke pagar balkon.
Air mata Alara jatuh membasahi pipi merasakan sakit di bagian punggung. "Ii-iinii rumah aku," cicit Alara dengan kepala mendongak menatap cowok itu dengan perasaan takut.
Aldevano menggeram marah. Ia berjalan mendekat dan menarik rambut gadis itu dengan kencang. "Siapa lo sebenarnya?!" tanyanya dengan mata memerah. Siap melenyapkan gadis di depannya.
"Aa-aku Alara... Nama aa-aaku Alara," jawab Alara dengan rasa takut. Air matanya terus mengalir dengan deras. Ia terisak dengan kepala ia tundukkan ke bawah.
"Ngaku atau gue lempar lo ke bawah?!" Aldevano menarik kasar lengan gadis itu. Ia dorong ke pagar balkon. "Ngaku lo!"
Alara menangis sesenggukan. Ia membuka mata menatap cowok di depannya dengan mata yang buram karena air mata yang terus keluar dari matanya. "Kee-kenapa kamu jahat banget sama aku?"
"Yang gue tanya bukan itu! Lo siapa?! Di mana Alara cewek gue?! Ngaku atau gue lempar lo sekarang?" Aldevano menarik rambut gadis di depannya dengan kasar. Ia dorong kepala Alara, melihat ke arah bawah.
"Aa-akuu gak tau... Hiks... Jangan dorong-dorong, hikss." Alara dengan tangan gemetar memegang lengan cowok itu, ia takut jatuh ke bawah sana.
"Ngaku lo!" bentak Aldevano dan terus mendorong tubuh Alara semakin bergeser keluar dari pagar balkon. "Gue bisa ngilangin nyawa lo saat ini juga!"
"Enggak mau!" teriak Alara kencang dengan air mata berlinang. Entah dapat kekuatan dari mana, ia dorong tubuh Aldevano hingga jatuh terduduk ke lantai.
Tubuh Alara merosot ke bawah. Ia terduduk dengan badan yang terasa lemas. Ia memegang dadanya yang terasa sakit. "Shhh...," lirih Alara menahan sakit.
Kepala Alara tidak bisa ia dongakkan menatap cowok itu lagi. Tubuhnya semakin terasa melemah. Hawa hangat terasa keluar dari hidung. Seperti biasa, sesuatu mengalir dari sana.
Aldevano mengusap punggungnya yang terasa sakit terbentur pada dinding. Ia bangkit berdiri mendekat pada gadis yang terduduk itu. Ia menyeringai dengan emosi yang membuncah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alara Bianchi (TERBIT)
Novela JuvenilJANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA KARENA SEBAGIAN CERITA DI PRIVATE!! Alara Anindiya Bianchi, gadis polos penyuka es krim dan hal yang berbau dengan kucing. Seperti boneka kucing. Hidupnya yang awalnya sempurna jadi berubah drastis sejak ia kehilan...